Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
MENINGKATKAN ibadah ritual, seperti salat, amat disarankan di bulan Ramadan ini. Namun, akan jauh lebih baik bila Ramadan juga dimanfaatkan untuk meningkatkan ibadah sosial, ibadah yang memberikan manfaat langsung bagi orang lain.
“Salah satu caranya ialah dengan mengajak orang lain untuk ikut menikmati indahnya panorama hidup yang kita miliki,” kata Acep Iwan Saidi, budayawan yang kerap mengisi tausiah di berbagai kegiatan Ramadan dan media sosial, kemarin.
Contohnya, lanjut dosen Fakultas Desain dan Budaya Institut Teknologi Bandung itu, mengundang orang lain untuk ikut berbuka bersama, menikmati hidangan yang kita miliki.
“Siapa yang dimaksud orang lain itu? Jika kita kaya, mereka tidak lain ialah yang papa. Dan jika pun kita miskin, mari terlebih dahulu menjadi kaya dengan bersyukur. Niscaya, kita akan selalu melihat ada orang lain yang lebih miskin daripada kita,” jelas laki-laki yang akrab disapa Ais itu.
Rasulullah mengingatkan, kaum miskin yang bersyukur akan mendapat keistimewaan. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah, “Dan berbahagialah orang miskin yang bersyukur sebagai tanda keimanannya. Sebab, orang miskin yang beriman lebih dulu masuk surga, lebih cepat setengah hari, yang sama artinya dengan 500 tahun waktu dunia.”
Lebih lanjut Ais menjelaskan, mengundang fakir miskin untuk menikmati jamuan makan merupakan amalan yang sangat mulia. Seperti diungkapkan Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan Imam Attabani. “Para malaikat tidak akan berhenti mendoakan seseorang yang mengundang orang untuk makan, selama hidangannya masih berada di hadapan mereka, sampai selesai.”
Keutamaan mengundang fakir miskin dalam jamuan makan juga ditegaskan Rasulullah dalam hadis lainnya. “Seburuk-buruk perjamuan makan ialah perjamuan yang hanya mengundang orang-orang kaya, sementara orang miskin tidak.” (HR Bukhari dan Muslim).
“Jadi, berbuka bukan hanya dengan sebutir kurma, melainkan bersama mereka yang ‘tunabenda’. Barangkali merekalah yang akan membuat makanan berbuka kita menjadi manis.”
Kontemplasi
Ais juga menerangkan puasa merupakan ‘ruang jeda’ dari hiruk-pikuk keduniawian. Sejenak kita menarik diri, berkontemplasi, mengevaluasi apa yang kita lakukan di luar Ramadan. Harus ada upaya membawa seluruh persoalan masyarakat ke renungan diri sebab diri merupakan bagian dari realitas sosial.
“Yang tidak kalah mendesak untuk dikurangi ialah kemiskinan spiritual yang kini terjadi pada diri kita, juga dalam setiap elemen bangsa. Ramadan ini hendaknya menjadi momentum mengurangi kemiskinan spiritual dengan berbagi pada sesama,” kata Ais.
Maka, lanjutnya, jadikanlah Ramadan ini sebagai upaya untuk menciptakan kesalehan individu. Namun, sesudahnya kita harus ada upaya menuju tahap berikutnya, yakni menerapkan semua kesalehan individu itu dalam kehidupan ‘di luar masjid’.
“Dakwah terbaik itu perilaku. Dan itu yang dilakukan para nabi dan pemungkas para nabi, Muhammad SAW, yang menunjukkan perilaku dan akhlak yang baik kepada umatnya untuk diteladani,” pungkasnya. (H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved