Sahur Bersama untuk Rawat Kebinekaan

Supardji Rasban
04/6/2017 08:43
Sahur Bersama untuk Rawat Kebinekaan
(MI/Tosiani)

ISTRI Presiden Ke-4 RI Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid melakukan sahur bersama dengan warga di daerah. Kemarin, Sinta sahur bersama warga Kota Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Dalam tausiahnya, mantan ibu negara tersebut mengajak warga untuk bersama merawat kebinekaan. “Kebinekaan Indonesia ini merupakan fakta yang wajib diterima, dijaga, dan dirawat sebagai modal berbangsa dan bernegara. Sahur bersama merupakan salah satu bentuk usaha merawat kemajemukan bangsa,” ujar Sinta di Aula Pendopo Bupati II, Kecamatan Bumiayu, Brebes.

Dia menyebut, jika hidup di Indonesia, kita harus menerima kemajemukan penduduk dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Banyak suku, ras, dan beda agama, tetapi kita tetap satu dan bersaudara, tidak boleh saling menghina, saling fitnah, dan tidak pula saling menghujat.

“Ingat kita ini bersaudara dan dengan sesama saudara harus selalu rukun bersatu,” ucap Sinta.
Sinta mengatakan kegiatan sahur bersama sudah lama dilakukan di sejumlah daerah sejak belasan tahun lalu. Sahur bersama tidak hanya melibatkan umat muslim, melainkan juga nonmuslim sebagai bagian untuk menjaga kebinekaan bangsa.

“Kami ingin menunjukkan bagaimana sebenarnya ibadah puasa itu dikerjakan dan kami selalu mengundang kaum duafa di setiap kegiatan sahur bersama sebagai upaya merangkul mereka yang terpinggirkan,” ucap istri almarhum Gus Dur itu.

Sinta mengingatkan tujuan utama ibadah puasa ialah menjadi pribadi yang bertakwa dengan melakukan pengendalian diri serta mengubah sifat-sifat buruk. Ibadah puasa jangan hanya menjadi ibadah rutinitas tahunan, menahan lapar, dan dahaga tanpa ada hasilnya. “Tentu kita ingat dengan sabda dari Rasulullah SAW, betapa banyak orang yang berpuasa tapi hanya mendapatkan rasa laparnya,” tutur Sinta.

Bupati Brebes, Hj Idza Priyanti, mengingatkan pentingnya meneladani para pendahulu dan pejuang bangsa. Para pendahulu telah meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa untuk tetap menjaga kesatuan dan persatuan. “Kehadiran Ibu Shinta Nuriyah ini juga akan memberi banyak manfaat bagi kita, terutama dalam meneladani pemikiran yang baik dari suami beliau, Almarhum Gus Dur,” ujar Idza.

Kegiatan sahur keliling di Bumiayu, Brebes, digelar dengan melibatkan anak yatim piatu, kaum duafa, tukang becak, mantan narapidana, dan tokoh lintas agama, dengan dukungan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam), Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Pemuda Pancasila, Pemda Brebes, dan Gusdurian Bumiayu Raya.

Anti-Pancasila
Di lain hal, Bupati Purbalingga Tasdi melarang ibadah yang disisipi gerakan anti-Pancasila. Pelaksanaan ibadah seperti tarawih keliling (tarling), subuh berjemaah keliling, dan pengajian merupakan bagian dari pengamalan Pancasila. “Jangan sekali-kali di Purbalingga bahkan di seluruh NKRI ada pengajian yang di dalamnya merupakan gerakan anti-Pancasila. Itu tidak boleh,” tegas Tasdi saat kegiatan Tarling di Masjid Baitul Mutaqqin di Desa Karanggedang, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga Jumat (2/6) malam.
Pernyataan itu disampaikan Bupati karena dirinya telah menemukan adanya sejumlah kegiatan yang mulai bicara anti-Pancasila. (LD/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah