Bulan Penguat Kebersamaan

Bulan Penguat Kebersamaan
04/6/2017 08:43
Bulan Penguat Kebersamaan
(KH Didin Hafidhuddin -- MI/Arya Manggala)

RAMADAN ialah bulan untuk menguatkan akhlak dalam kehidupan. Dengan demikian, akhlak yang baik itu masuk ke struktur rohani manusia, pikiran, kepribadian, dan menjadi tingkah laku sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi atau dalam keumatan.

“Jika akhlak yang baik menjadi landasan dan bingkai kehidupan pribadi atau sosial masyarakat, umat, dan bangsa, sesungguhnya seluruh manusia di dalamnya akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT,” ujar KH Didin Hafidhuddin, saat ceramah di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Kamis (1/6).

Manusia akan menjadi pemenang dalam kehidupan, dalam pertarungan yang sangat dahsyat, dan akan bisa mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi bila memiliki akhlak yang baik. Bagaimana Ramadan dapat menjadi momen penguatan keumatan dan akhlak yang baik seluruh umat manusia terjawab dalam Surah At-Taubah ayat 71.

“Orang yang beriman ini, orang yang berpuasa ini, sesungguhnya mereka pendukung, penguat, sahabat dan teman. Baik mukmin perempuan atau laki-laki saling mendukung untuk melaksanakan tugas-tugas keumatan. Jadi, kita diperintahkan tidak boleh menjadi pemain tunggal dalam segala hal,” ujar Didin.

Sinergi
Manusia diperintahkan untuk selalu bersinergi dengan orang-orang yang beriman. Dalam membangun diri, keluarga, dan masyarakat bangsa, jangan pernah terpikirkan dalam diri, untuk mampu menyelesaikan seluruh masalah sendiri karena bertentangan dengan sunnatullah.

Allah SWT memerintahkan manusia, orang yang beriman harus saling menguatkan dan mengukuhkan dalam membangun umat. Tidak hanya pengukuhan kepribadian, tetapi juga lebih luas dalam keumatan.

“Ramadan itu bulan pengukuhan. Implementasi pengukuhan keumatan ada di bulan Ramadan. Yang kita harapkan selepas Ramadan semakin kukuh kebersamaan umat muslim dan dapat saling bersinergi untuk membangun. Bukan saling memfitnah, menjegal, dan berseteru,” ujar Didin.

Akhlak yang baik untuk menguatkan keumatan membutuhkan peran seluruh umat Islam sebagai pemain aktif, khususnya dalam menghilangkan kemungkaran yang ada di sekitarnya sesuai dengan kemampuan, ilmu, harta, dan tenaga yang dimiliki.

“Itu harus dijadikan sebagai sarana yang kuat. Jangan hanya menjadi penonton,” imbuh Didin.
Bila orang beriman hanya diam saja melihat kemungkaran yang terjadi di sekitarnya, yang akan berkuasa ialah manusia dengan sikap buruk. Mereka yang rela melakukan berbagai hal demi kepentingan pribadi tanpa memikirkan sesamanya.

Nabi Muhammad SAW dan orang-orang beriman di sekitarnya telah mencontohkan itu. Mereka tegas dan tidak mau kompromi dengan kebatilan dan kekufuran. Namun, sebaliknya, mereka menebar kasih sayang pada sesama orang-orang beriman.

“Ramadan ialah bulan pembiasaan. Umat Islam di mana pun diajak untuk kembali ke masjid,” ujar Didin.

Soliditas umat muslim di masjid diharapkan akan juga membawa kekuatan untuk meningkatkan soliditas di bidang sosial kemasyarakatan. Misalnya, kegiatan ekonomi yang dapat saling membantu dalam meningkatkan kesejahteraan hidup sesama manusia. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah