Spanduk Provokatif Meningkat

Nur Aivanni
02/4/2017 12:30
Spanduk Provokatif Meningkat
(MI/ADAM DWI)

PEMASANGAN spanduk bernada provokatif cenderung meningkat selama masa kampanye pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Spanduk-spanduk berisi kampanye negatif dan ujaran kebencian ditemukan Bawaslu DKI terpampang di 632 titik Ibu Kota.

Di DKI memang muncul spanduk-spanduk yang mengarah kepada kampanye negatif yang isinya provokatif. Ini lebih banyak daripada putaran pertama. Ketika ditemukan langsung kita turunkan," kata Ketua Bawaslu DKI Mimah Susanti dalam diskusi bertajuk Adu Program vs Kampanye Hitam, di Jakarta, kemarin.
Selain itu, Bawalu telah menertibkan alat peraga kampanye yang yang dipasang di 630 titik. Penertiban tersebut mengacu pada aturan pilkada yang tidak membolehkan pemasangan alat peraga kampanye di putaran kedua.

"Kita imbau semua pihak terutama tim kampanye pasangan calon agar membangun suasana positif karena kita di awal sudah sepakat untuk membangun kampanye damai dan sejuk," imbaunya.

Sejauh ini, kata dia, Bawaslu telah menerima delapan laporan dugaan pelanggaran pilkada putaran kedua. Laporan yang diadukan pun beragam, mulai kampanye hitam sampai politik uang. "Yang politik uang ada satu kasus di Jakarta Timur, sudah ditindaklanjuti ke kepolisian," ujarnya. Selanjutnya, perihal kampanye hitam (black campaign) masih dalam penanganan. Terkait dengan kampanye di tempat ibadah, Mimah menyebut salah satunya terjadi di Jakarta Selatan.

Pada kasus itu, jelasnya, Bawaslu telah mengeluarkan rekomendasi agar perangkat RT setempat dievaluasi oleh pemerintah daerah. Namun, kata Mimah, pihaknya mendapat penjelasan pemda bahwa RT dan RW itu bukan perangkat desa atau kelurahan.

Tidak boleh alergi

Berbeda dengan Bawaslu, Ketua Pokja Kampanye KPU DKI Dahlia Umar mengatakan kampanye negatif sah-sah saja asalkan ada data yang menjadi acuan. Menurutnya, pemilih berhak untuk membandingkan program antara pasangan yang satu dan lainnya. "Kita tidak boleh alergi dengan perbedaan pendapat," kata dia.

Namun, ia sepakat dengan Bawaslu bahwa di putaran kedua pemilih cenderung menjadi sasaran intimidasi melalui spanduk yang bersifat provokatif. Hal itu berbeda dengan putaran pertama yang lebih menyasar pasangan calon. "Putaran kedua ini (intimidasi) lebih kepada pemilih dan lebih berbahaya. Pilihan pemilih seharusnya dihormati," paparnya.

Tim sukses pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Emmy Hafild, mengungkapkan pihaknya kerap mendapat serangan melalui kampanye negatif dan kampanye hitam. Meski demikian, mereka tetap tenang dan berupaya memberikan informasi yang sebenarnya kepada publik.

"Kami percaya masyarakat Jakarta tidak bodoh. Mereka sudah bisa memilah mana kampanye hitam dan mana benar-benar terjadi," tukasnya.

Sementara itu, tim sukses pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera, menyatakan pihaknya selalu berupaya untuk bersaing secara cerdas. "Pilkada kan kontestasi gagasan, ide, dan program, bukan ajang untuk saling mencaci satu sama lain," tukasnya. (P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya