Ingin Selalu Dekat dengan para Santri

Christian Dior Simbolon
17/3/2017 09:40
Ingin Selalu Dekat dengan para Santri
(Sumber: Tim MI/Grafis: Ebet)

MENDUNG menggelayuti langit Kompleks Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok, Jawa Barat, sejak kemarin (Kamis, 16/3) siang. Suasana duka pun terasa tatkala ribuan umat Islam yang berkumpul di kompleks pondok pesantren tak henti-hentinya mengumandangkan kalimat tahlil.

Hampir semua sudut kompleks pesantren dipadati massa. Dengan setia, mereka menanti kedatangan jenazah mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi dari Malang. Sejumlah tokoh politik dan pejabat negara pun tampak hadir.

Tepat pukul 16.15, jenazah Hasyim tiba. Tangis warga langsung pecah menyaksikan peti jenazah kiai karismatik itu diusung sejumlah perwira militer memasuki kompleks pesantren. Bendera Merah Putih tampak membalut peti anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu.

Sore itu, almarhum Hasyim Muzadi dimakamkan di tengah-tengah pondok pesantren Al Hikam. Menurut putra sulung Hasyim, Abdul Hakim, ayahnya memang ingin menjadikan pondok pesantren yang letaknya tak jauh dari hutan Universitas Indonesia (UI) itu sebagai tempat peristirahatan terakhirnya.

"Beliau memang ingin selalu dekat dengan santri. Keinginan beliau supaya bisa terus mendengar lantunan ayat-ayat Alquran dari para santri," ujar Gus Hakim, sapaan akrab Abdul Hakim yang ditemui seusai pemakaman.

Hasyim Muzadi tutup usia pada Kamis pagi. Pria kelahiran 8 Agustus 1944 itu meninggal setelah menjalani perawatan intensif selama berminggu-minggu di Rumah Sakit Lavalete, Malang, Jawa Timur. Terakhir kali berkomunikasi dengan Hasyim, Hakim mengatakan ayahnya meminta agar anak-anaknya tabah dan terus merawat pesantren-pesantren yang telah ia dirikan.

"Semua kehendak dan keinginan beliau sudah terpenuhi. Beliau hanya meminta agar apa yang telah dia bangun dan diciptakan bisa diteruskan. Itu juga harapan kami," ujar Hakim lirih.

Di mata Hakim, Hasyim merupakan ayah yang sabar. Ketika marah pun, biasanya sang ayah 'menitipkan' kemarahan dia kepada ibunda mereka. "Jadi, apa kemauan ayah, ibu yang sampaikan," imbuhnya.

Menurut Hakim, ayahnya juga merupakan sosok yang demokratis. Semua anaknya dibebaskan untuk memilih tujuan hidup dan profesi. "Beliau hanya berpesan agar selalu bersikap adil dan menghormati orangtua," cetusnya.

Keteduhan dan sikap sabar Hasyim juga dirasakan para santri. Menurut Syurur, salah satu santri Ponpes Al Hikam, seburuk apa pun kelakuan mereka, Hasyim tak pernah sekali pun memarahi mereka.

"Pernah suatu ketika, Kiai Hasyim mau ceramah subuh, tetapi santri yang hadir di ruangan cuma sedikit. Sampai ditunggu setengah jam, tetap enggak ada yang datang (lagi). Beliau cuma pesen, besok-besok yang lain diingatkan supaya rajin," ujar Syurur. (P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya