Cerita Toleransi dari Bekasi

Gana Buana
09/3/2017 10:51
Cerita Toleransi dari Bekasi
(Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi--- Foto: Gana Buana)

KAMPUNG Sawah, Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, menjadi bukti nyata tingginya toleransi antarumat beragama di Bumi Patriot. Warga di sana, sekalipun berbeda-beda keyakinan, mampu hidup rukun dalam satu kampung.

Pemerintah Kota Bekasi pun diundang Kedutaan Besar Indonesia untuk Vatikan di Roma untuk menjelaskan soal pluralisme yang ada di Kampung Sawah. Berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia Gana Buana dengan Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, di Kantor Wali Kota Bekasi, kemarin (Rabu, 8/3).

Kapan Bapak diundang ke Vatikan?
Bila direstui Gubernur Jawa Barat, Insya Allah saya bertolak ke Vatikan pada 27 Mei. Hal ini guna memenuhi undangan Duta Besar Indonesia untuk Vatikan atas perhatian mereka tentang toleransi antarumat beragama di Kampung Sawah, Pondok Melati.

Apa saja yang akan Bapak sampaikan?
Akan kami paparkan bagaimana hubungan saling menjaga atau toleransi umat beragama terjalin antara umat Islam dan Kristen di Kampung Sawah. Bahkan, di Kampung Sawah aplikasi nilai Pancasila benar-benar bisa dirasakan. Refleksi Pancasila diaplikasikan pada hubungan berbangsa dan berbegara.

Dengan keberangkatan Anda ke Vatikan, apa tidak takut dicap buruk warga?
Ya kami enggak perlu takut. Sebagai contoh Wali Kota London, Sadiq Khan. Dia orang muslim, tapi hidup di wilayah yang mayoritas nonmuslim. Sebagai kepala daerah, saya harus memegang prinsip khairul umur ausatuha (sebaik-baiknya perkara adalah yang tengah-tengah) artinya, sebagai kepala daerah saya harus berdiri di atas semua golongan umat.

Bagaimana gejolak masyarakat Bekasi soal kebera-gaman agama?
Gejolak keagamaan pada umumnya terjadi karena persoalan persepsi. Masyarakat banyak meng-anggap, bila ada yang mendirikan rumah ibadah akan menjadikan penyebaran paham yang tidak benar. Padahal, tidak semudah itu seseorang mengubah akidah (keyakinan), tidak bisa hanya menggunakan sembako dan bantuan sosial.

Kita fokus saja membina umat. Lagi pula, tidak ada suatu agama di bumi ini yang mengajarkan kerusakan. Raja Salman, pimpinan Arab Saudi saja sudah berpesan jangan melihat dari suku dan agama, tapi lihat dari orang yang bisa melakukan perubahan dan kebajikan.

Apakah sampai saat ini masih ada yang persoalkan tentang mayoritas dan minoritas keagamaan?
Sampai saat ini masih ada, tapi lingkupnya kecil. Itu biarkan saja karena hak mereka, tapi yang jelas tidak mempengaruhi yang besar. Kota ini akan maju karena cara pandang kita yang baik dan cara pandang yang baik itu, menunjukkan kualitas kita dalam membangun daerah.

Bagaimana soal konflik pembangunan gereja Santa Clara Bekasi?
Kalau pemerintah meng-anggap soal Santa Clara telah selesai. Bila ada warga yang menilai ada manipulasi data, yah buktikan di mata hukum. Kami persilakan bagi warga yang melakukan keberatan.

Buah tangan apa yang akan Anda bawa ke Vatikan nanti?
Saya ingin membawa makanan khas Bekasi yaitu gabus pucung. Tapi, karena perjalanan jauh sehingga itu tidak mungkin. Nanti sampai sana sudah tidak enak. Alternatif lain saya mau bawa makanan kue kering seperti akar kelapa. (P-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya