Polisi Indonesia di Sudan Diperbolehkan Pulang

19/2/2017 09:44
Polisi Indonesia di Sudan Diperbolehkan Pulang
(ANTARA/Muhammad Adimaja)

USAI sudah penantian panjang 139 anggota Polri yang tergabung dalam Satgas Formed Police Unit (FPU) ke-8 PBB di Sudan yang tengah dilanda perang saudara. Berdasarkan hasil investigasi tim yang dibentuk otoritas Sudan bersama United Nations Hybrid Operation in Darfur (Unamid), mereka tidak terbukti atas tuduhan penyelundupan senjata.

Sekretaris National Central Bureau (NCB)-Interpol Polri Brigjen Naufal Yahya mengatakan, dalam sepuluh hari ke depan, mereka akan segera pulang ke Tanah Air setelah bertugas dalam misi perdamaian bersama Unamid setahun lebih sejak Januari 2016.

"Department for Peace Keeping PBB telah mengirimkan nota diplomatik ke perwakilan Indonesia di New York untuk memproses kepulangan FPU ke-8. Infonya sebentar lagi mereka sudah bisa pulang," kata Naufal saat dihubungi, kemarin.

Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul menambahkan saat ini pihaknya tengah mengurus perizinan pendaratan pesawat yang akan menjemput mereka.

"Izin masuk ke wilayah Sudan harus diperoleh sehingga bisa mendarat di Sudan untuk bawa pulang anggota FPU. Proses kepulangan sekitar 7 hari-10 hari ke depan," kata Martinus.

Sebelumnya, pada 20 Januari lalu, kepulangan 139 anggota Polri itu tertahan lantaran mereka dituduh hendak menyelundupkan senjata. Insiden itu terjadi saat mereka sedang check-in bagasi di Bandara El Fasher, Sudan.

Dilansir dari laman Sudan Tribune edisi Sabtu (21/1), otoritas Sudan menyita 29 senapan Kalashnikov, 6 senjata api GM3, dan 61 buah pistol beragam jenis dengan amunisinya.

"Otoritas Sudan bersama Unamid telah melakukan investigasi tertutup atas tuduhan itu, tetapi merahasiakan hasilnya. Namun, informasi yang kami dapat, sepuluh tas berisi senjata dan amunisi itu bukan milik kontingen Indonesia," terang Martinus.

Ia menambahkan perwakilan bantuan hukum yang dikirim Polri ke sana sejak awal sudah menemukan kejanggalan atas insiden tersebut. Hal itu disebabkan semua barang bagasi milik kontingen Indonesia telah lolos mesin pemindai di pintu masuk bandara. "Semestinya, jika ada tas yang mencurigakan, dari penyisiran mesin saja tas itu tidak bisa lolos. Ini kan aneh. Jadi tas berisi puluhan senjata dan amunisi itu diduga sudah berada di dalam bandara lebih dulu," terangnya. Nic/J-1



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya