Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PEMBICARAAN politik yang selama ini jarang dilakukan Cut Lusi Chairunnisa sekeluarga berubah semenjak musim Pilkada 2017. Perbedaan pilihan di pilkada Aceh, mau tidak mau, membuat ruang keluarga mereka jadi lebih 'hangat' dengan bahasan politik.
Namun, dengan menyadari bahwa kerukunan lebih penting, keluarga yang tinggal di Aceh Besar itu lebih suka bicara keunggulan jagoan masing-masing ketimbang saling menjelekkan. Maka meski kini pemenang pilkada Aceh belum ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan ada pasangan calon saling mengklaim kemenangan, keluarga itu malah tampak sudah menutup perbedaan.
Bagi mereka, ketika pilkada usai, yang terpenting ialah mendukung pasangan mana pun yang nanti menjadi pemenang. "Setidaknya dengan mendukung siapa saja calon yang menang memberi kesempatan untuk membuktikan janji untuk perkembangan masyarakat ke arah yang lebih baik. Jadi siapa yang menang, hal yang wajib dijalankan tentang kebutuhan dan perkembangan masyarakat," tutur Cut Lusi kepada Media Indonesia di Aceh Besar, Aceh, Jumat (17/2).
Di Nagan Raya, warga bernama Wirduna Tripa juga sudah terbiasa dengan keterbukaan pilihan politik. Ketika pilihannya berbeda dengan teman-temannya, hubungan keakraban mereka tidak merenggang.
Kini, di masa menunggu hasil real count KPU, Wirduna mengaku tetap berharap pasangan jagoannya, Muzakir Manaf-TA Khalid, yang menang sebagai gubernur. Kalaupun pupus, ia hanya berharap pasangan calon pemenang dapat bekerja sebaik mungkin.
"Jika (pilihan saya) kalah tetap mendukung pemenang, sesuai dengan nilai demokrasi. Karena pemenang adalah yang terbaik. Saya berharap pemimpin terpilih dapat membangun dengan keadilan, menuntaskan perjanjian Aceh dan RI yang belum tuntas, membangun infrastruktur dan menegakkan syariat Islam, itu yang paling utama," tuturnya.
Pembelajaran sudut pandang
Semangat rekonsiliasi juga ada di Jakarta. Warga yang pasangan calon pilihan mereka terdepak di putaran satu tidak kecewa berkepanjangan. Mereka lebih memilih menitipkan aspirasi ke pasangan calon tersisa.
Hal itu seperti dituturkan Andien tentang dinamika demokrasi yang ada di keluarga besarnya. "Sepupu saya (yang kalah) tetap mendukung yang lolos ke putaran dua karena melihat tetap ada prinsip yang sama," tutur karyawan swasta di Jakarta itu.
Di sisi lain, Andien mengakui euforia kemenangan di atas yang kalah juga terjadi di keluarganya. Namun, sebagaimana kedewasaan demokrasi yang telah mereka lakukan selama ini, euforia itu tidak sampai menyakiti hati yang kalah.
"Memang ada juga ejek-ejekan ke yang pilihannya tidak menang, tapi itu hanya bercanda," tambah perempuan yang mengaku mendukung pasangan calon nomor urut 3 itu.
Keluarga Sony Swangga Pratama, di Bekasi, juga bisa menjadi contoh cara menyikapi perbedaan tanpa menjadi terpecah belah. Keluarga dengan latar etnik dan agama yang berbeda-beda bisa tetap adem berdiskusi karena tanpa maksud saling menjatuhkan atau mengubah pilihan orang.
"Yang menyenangkan dari tukar pikiran, kami bisa nilai dari sudut pandang berbeda, dari pilihan yang berbeda meskipun biasanya tetap pilihannya enggak berubah," kata Sony.
Perbedaan pilihan politik memang sejatinya merupakan cermin dari bangsa yang makin sadar berdemokrasi. Perbedaan politik bukan hal yang harus dihindari, tapi justru merupakan modal kemajuan jika dapat disikapi dengan baik. (Her/WB/DG/M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved