Tingkat Partisipasi Pemilih di DKI Maksimal 75%

PENGAMAT politik dari Indobarometer, Muhammad Qudori mengatakan tingkat partisipasi pemilih di DKI Jakarta tidak akan lebih dari 75%.

Jumlah ini dinilai sudah maksimal dan meningkat cukup banyak daripada tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada 2012 yang cuma berkisar 65% dan Pilkada 2007 yang hanya 66%.

Untuk itu, ia pun menyatakan target partisipasi pemilih yang ditetapkan KPU DKI, mustahil tercapai.

"KPU DKI menetapkan target partisipasi 77,5%. Itu angka yang sangat mustahil bagi saya. Ini tidak mengada-ngada, ada sebabnya," ujar Qudori dalam diskusi Dialektika Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di gedung Euro Management, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (16/2).

Menurut penjelasan Qudori, saat lembaga-lembaga survei melakukan survei untuk mengetahui pemimpin yang akan dipilih, petugas kerap mengalami 3 jenis kendala. Kendala-kendala tersebut adalah pemilih yang tidak dikenal, pemilih yang sudah pindah, dan pemilih yang sudah meninggal.

Menurut Qudori, jumlah pemilih dari tiga jenis tersebut di ibu kota, jika ditotal secara keseluruhan akan mencapai 25%.

"Jadi petugas survei itu sering mengalami hal ini dalam menyurvei. Survei itu juga kan dari DPT (daftar pemilih tetap)," ujarnya.

Sementara itu, untuk tingkat partisipasi pemilih pada putaran kedua diperkirakan menurun seperti halnya Pilkada DKI 2012. Penurunan tingkat partisipasi, kata Qudori, bisa disebabkan gugurnya pasangan calon yang difavoritkan.

Namun, tingkat partisipasi bisa stabil pada putaran kedua jika paslon yang gugur terang-terangan mendukung salah satu paslon saingannya yang melaju ke putaran kedua serta dipengaruhi sisi emosional.

"Jadi jika memang ada dukungan baik dari paslon yang gugur maupun dari partai pendukungnya ke paslon lainnya, serta ada faktor emosional atau sentimen, jumlah partisipan bisa stabil," tukasnya. OL-2