Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
LEMBAGA survei Indikator Politik Indonesia kembali merilis hasil survei mengenai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Hasil survei tersebut menempatkan pasangan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (Djarot) di posisi teratas dengan dukungan 39,04%, tidak berubah banyak jika dibandingkan dengan hasil surveinya sebulan lalu yakni 38,2%.
Sementara untuk pasangan Anies Baswedan (Anies)-Sandiaga Salahudin Uno (Sandi) di posisi kedua mengalami peningkatan signifikan dari sekitar 23,8% sebulan lalu, saat ini menjadi 35,36%.
Untuk pasangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-Sylviana Murni (Sylvi) mendapat dukungan 19,4%, secara statistik tidak berubah signifikan ketimbang bulan lalu 23,6% tetapi trennya terus melemah sejak November 2016 lalu.
"Penurunan elektabilitas Agus-Sylvi lebih tersedot ke Anies-Sandi. Sementara elektabilitas Basuki-Djarot stagnan dari November 2016. Dengan prediksi ini, sulit mengatakan Pilkada 2017 besok hanya 1 putaran. Kalau ada yang mengklaim demikian, artinya belum mendapatkan dasar empirik yang jelas. Ahok masih perlu 11% lagi, untuk mendapatkan 11% untuk magic number," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, di Jakarta, Jumat (10/2).
Adapun survei yang dilakukan Indikator Politik tersebut dilakukan pada 2-8 Februari 2017. Total responden yang diwawancarai secara tatap muka yakni sebanyak 621 orang dari pemetaan awal sejumlah 1.000 warga Jakarta.
Metode survei yang digunakan ialah stratified systematic random sampling dengan margin of error plus minus 4% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden tersebar di 230 kelurahan dan 621 rukun tetangga (RT) yang berbeda di seluruh wilayah Jakarta.
Lebih lanjut, kata Burhan, dukungan Basuki-Djarot sangat kuat pada aspek rasional tetapi di sisi lain sangat rentan pada aspek emosional. Hasil survei menunjukkan 67 persen basis pendukung Basuki-Djarot memilih karena menilai sudah ada bukti nyata hasil kerja mereka dan berpengalaman di pemerintahan. Selain itu, sambung dia, performa Basuki-Djarot yang kondisten diniai terbaik dalam debat cagub-cawagub.
Sementara itu, AHY-Sylvi didukung terutama karena dinilai tegas dan berwibawa (32%). Untuk Anies-Sandi lebih bervariasi, terutama karena dinilai pintar/berpendidikan (18%), memiliki kesamaan agama (16%), berpengalaman di pemerintahan (12%) dan santun (12 %).
"Kalau dilihat dari data ini, serangan Agus-Sylvi kepada Basuki-Djarot kurang tepat pangsa pasarnya, terlalu banyak perbedaan (pendukungnya). Ketika Agus-Sylvi paling tinggi di November, Anies-Sandi berada di bawah. Sekarang Anies-Sandi naik, Agus-Sylvi di bawah. Artinya, pendukung Agus-Sylvi lari ke Anies-Sandi," paparnya.
Pada survei yang dilakukan Indikator Politik tersebut, pihaknya memasukan dua peristiwa yang dipercaya punya efek mempengaruhi elektabilitas, yakni ucapan Ahok yang dianggap menista agama dan debat Pilkada DKI. Burhan mengatakan vonis 'menista agama' memiliki konsekuensi elektoral yang sangat negatif bagi Basuki-Djarot.
"Saya pernah sampaikan musuh terbesar Basuki adalah dirinya sendiri, bukan Anies maupun Agus. Seandainya tidak ada kontroversi Al-Maidah, maka bisa dipastikan 1 putaran," imbuhnya.
Dalam survei tersebut juga menyebutkan 87% mayoritas warga Jakarta menilai debat cagub dan cawagub sangat penting untuk memberikan pemahaman tentang pilihannya. Burhan menjelaskan pada debat pertama, memberikan efek positif bagi pasangan Basuki-Djarot jika dibandingkan dengan paslon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Sementara untuk debat kedua, Anies-Sandi menguat ketimbang keduanya.
"Ada yang menarik, efek menonton debat memberikan dampak positif bagi Basuki-Djarot. Semakin banyak yang nonton deba, efek elektabilitasnya kelihatan. Tapi berbeda dengan Agus-Sylvi, semakin tidak nonton debat makin tinggi elektabilitasnya daripada yang nonton debat. Ini membuat Agus-Sylvi harus all out tingkatkan performanya di debat malam ini," terangnya.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Demorkat Roy Suryo menilai survei ini sebagai wake up call bagi Tim Sukses Agus-Sylvi untuk terus bekerja keras memenangkan pasangan nomor urut satu itu. Menurutnya, lima hari ke depan apapun bisa terjadi sehingga ia optimistis Agus-Sylvi dapat memenangkan Pilkada DKI Jakarta.
"Kami menerima apapun hasilnya. Kami tidak pernah menyerah, karena masih ada waktu. Agak kaget juga di survei ini disebutkan 65% tidak datang ke TPS. Artinya, kemungkinan untuk dukungan Agus-Sylvi itu bisa saja terjadi," paparnya.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait percaya diri dengan perolehan survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia, terutama melihat faktor alasan warga Jakarta dalam memilih gubernur dan wakil gubernurnya, yakni bukti kerja yang nyata serta berpengalaman.
"Selamat datang pemilih cerdas dan rasional di Jakarta. Kami sangat percaya diri dengan data ini menjadi parameter harapan kami untuk menang," ujarnya.
Ara mengatakan bahwa saat ini pemilih cerdas sudah ada di Jakarta. Alasannya, karena mayoritas responden memilih Ahok dan Djarot berdasarkan kinerja, pengalaman, dan ketegasan.
"Kalau ini yang jadi parameter utama, harapan kemenangan Ahok dan Djarot tinggi. Santun penting, tapi hanya 6%. Jakarta menghargai kesantunan, tapi jauh menghargai yang terbukti pengalamannya, hasil kerja, dan tegas," jelas Ara.
Berdasarkan jenis profesi, dukungan PNS terhadap Ahok dan Djarot mencapai 42,2%. Ara mengatakan para PNS tersebut memilih Ahok dan Djarot karena mendukung reformasi birokrasi yang diterapkan selama ini.
"Kita tahu Ahok pecat sana pecat sini, tapi tetap banyak PNS yang memilih Ahok sampai 42%. Itu karena mereka suka terhadap reformasi birokrasi yang dibuat Ahok dan Djarot," kata Ara.
Timses Anies-Sandiaga, Mardani Ali Sera, berharap agar hasil survei linier dengan hasil saat perhitungan suara.
"Kami memohon doa, agar hasil survei ini terkonfirmasi sesuai dengan hasil yang kita harapkan," ujar Mardani.
Ia berharap jelang Pilkada serentak 2017 ini, tidak ada blunder yang dilakukan pasangan nomor urut 3. Ia juga meyakini debat malam ini juga akan dimaksimalkan dengan baik oleh Anies-Sandi.
"Bagi kami pasangan nomor 2 dan 3 kita semua datangi debat dari TV kecil maupun TV besar. Saya sampaikan, Mas, kita tidak punya uang, tempat ini (debat) tempatnya media datang tampaknya ini makin terkonfirmasi dengan elektabilitas Anies-Sandi yang terus meningkat," pungkasnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved