Gemakan Nilai-Nilai Gus Dur

Christian Dior Simbolon
24/12/2016 08:33
Gemakan Nilai-Nilai Gus Dur
(MI/Adam Dwi)

NILAI-NILAI keislaman yang diperjuangkan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) relevan digemakan kembali guna meredakan ketegangan dan di tengah maraknya aksi-aksi intoleransi akhir-akhir ini. Dari Gus Dur, masyarakat bisa belajar menghargai perbedaan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta mengutamakan persatuan dan persaudaraan.

Nilai-nilai itu kembali disuarakan di sela haul 7 tahun Gus Dur di kediaman keluarga Gus Dur di Ciganjur, Jakarta, tadi malam. Hadir dalam acara itu Presiden Joko Widodo, mantan Wapres Boediono, sejumlah menteri, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta, serta ribuan umat.

Presiden memuji cara Gus Dur dalam memandang Indonesia. "Beliau selalu optimistis dalam memandang Indonesia ke depan. Tidak kagetan, tidak gumunan (mudah heran). Gitu aja kok repot," ucapnya menirukan semboyan yang sering Gus Dur ucapkan, dan disambut gelak tawa hadirin.

Ia juga menyinggung maraknya berita dan kabar tidak benar di media sosial ataupun di kehidupan sehari-hari dengan maraknya pandangan yang meremehkan konstitusi serta memaksakan kehendak golongan dan merendahkan kemajemukan yang sejatinya merupakan kekuatan Indonesia. Apabila kondisi seperti itu terus berlangsung, Presiden mengingatkan, energi bangsa akan habis terkuras untuk hal-hal yang tidak perlu.

"Kita lupa strategi besar untuk menyejahterakan rakyat. Lupa strategi besar untuk membangun perekonomian. Lupa strategi besar industri untuk menciptakan lapangan kerja. Kita lupa karena terus ribut dan ribut. Kalau Gus Dur masih ada, dia akan memberi tahu kita masih kayak anak TK."

Bagi budayawan Frans Magnis-Suseno, Gus Dur sosok yang benar-benar mencintai bangsanya. "Dia seorang muslim yang sangat yakin akan Islamnya sekaligus seorang Indonesia yang mencintai bangsanya. Dia sangat toleran dan terbuka bagi mereka yang berbeda."

Menurutnya, kontribusi Gus Dur dalam memperjuangkan pluralisme dan mendorong toleransi tidak ada padanannya di Tanah Air.

Islam yang ramah
Ketua panitia haul ke-7 Gus Dur, Alissa Wahid, mengatakan sepanjang hidupnya Gus Dur melanjutkan tradisi para ulama pendahulunya menghadirkan Islam yang ramah dan damai, membela kepentingan kaum yang lemah, dan dapat beradaptasi dan menerima budaya lokal. Nilai keislaman yang Gus Dur perjuangkan berusaha untuk menyapa dan merangkul semua kelompok.

"Beliau meyakini bahwa keislaman dapat berjalan berbarengan dengan nilai-nilai kebangsaan dan demokrasi, menjunjung tinggi penghormatan hak asasi, menghargai perbedaan, serta mengutamakan persatuan dan persaudaraan." ujar putri Gus Dur itu.

Dewasa ini, lanjut Alissa, di saat para pejabat melawan dan menzalimi rakyat atas nama pembangunan dan kepentingan pribadi, masyarakat semakin merindukan Gus Dur. Apalagi, aksi-aksi intoleransi terhadap kelompok yang berbeda masih marak.

Senada, petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan siapa pun yang ingin memahami Islam secara benar mesti belajar banyak dari Gus Dur. "Kalau semua orang mau menyebarkan agama Islam dan mau dapet hidayah, Gus Dur itu modelnya."

Haul Gus Dur diisi dengan kegiatan tahlil, taushiah, doa bersama, dan pembacaan puisi. Ketua PBNU Said Aqil Siradj bersama tokoh-tokoh lintas agama juga membacakan ikrar damai. (Mus/X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya