Jokowi-Prabowo Cegah Perpecahan

Irene Harty
01/11/2016 05:51
Jokowi-Prabowo Cegah Perpecahan
(Presiden Joko Widodo kunjungi kediaman Prabowo Subianto. -- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

RIVALITAS tajam Joko Widodo dan ­Prabowo Subianto semasa Pilpres 2014 tidak meng­­halangi keduanya untuk terus merawat persatuan dan ­kesatuan sesama anak bangsa.

Sekitar 2 jam kedua pe­mim­pin itu bertemu kemarin di kediaman Prabowo Subian­to di Desa Bojong Koneng, Ham­balang, Bogor, Jawa Barat. Joko Wi­­dodo sebagai presiden RI me­nyambangi Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu dalam suasana akrab. Kehangatan di­perlihatkan sejak Presiden Jokowi tiba, saat mereka berbincang di lantai di kediaman Pra­bowo, dan ketika keduanya ber­kuda bersama.

Gesture kedua pemimpin di­­sambut positif banyak kalang­an di tengah suasana politik yang memanas menjelang unjuk rasa umat Islam pada Jumat (4/11) yang menggugat pernyataan Gubernur DKI Ja­­karta Basuki Tjahaja Purna­ma terkait dengan dugaan penis-taan agama.

Menurut Guru Besar Fakultas Psikologi UI, Hamdi Muluk, pertemuan kedua pemimpin memberikan sinyal positif di tengah ketegangan isu agama. Pertemuan itu diklaim dapat mencegah perpecahan dalam masyarakat.

Pesan penting dari pertemu­an itu, menurut Hamdi, ialah menjaga keutuhan bangsa jauh lebih penting daripada menuruti keinginan segelintir pihak.

“Dua orang ini kan figur sen­tral dalam konteks polarisasi seputar isu yang diangkat pada 4 November. Kalau ­mereka su­dah sepakat memakai cara-ca­ra sejuk dan damai, seha-rusnya diikuti juga oleh arus bawah,” lanjutnya.

Pengamat politik LIPI, Syamsuddin Haris, juga melihat pertemuan itu merupakan upaya Presiden mengajak Prabowo ikut menciptakan suasana kon­dusif dan damai.

Di mata Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, perte­mu­­­an Jokowi-Prabowo itu pen­ting, strategis, dan patut di­contoh pemimpin lain untuk saling bersilaturahim.

Ketua DPR Ade Komarudin pun menilai pertemuan tersebut da­­pat mendinginkan keadaan yang dianggap akan memanas.

Dalam pertemuan, Jokowi didampingi Menko M­aritim Luhut Pandjai­t­an dan Mensesneg Pratikno. Seusai pertemuan, Prabowo menya­­takan kedatangan Ke­pala Negara suatu kehormatan be­sar bagi-nya. “Saya hubung­an baik sama beliau. Pernah rival, tetapi beliau baik sama saya.”

Prabowo berharap tercipta suasana baik dan sejuk, jangan sampai ada unsur pemecah belah bangsa. “Itu kita jaga. Kita nega­ra majemuk. Banyak suku, aga­ma, ras. Kalau ada masalah, ki­ta selesaikan de-ngan sejuk dan damai.”

Jokowi memaknai perte­muan itu sebagai bukti tiada lagi rivalitas di antara mereka. Rivalitasnya dengan Prabowo, kata Jokowi, bisa kembali terjadi pada Pilpres 2019. “Namun, setelah itu bahu-membahu. membangun negara dari semua sisi,” ujar Jokowi.

Setelah bertemu Prabowo, Presiden hari ini dijadwalkan bersilaturahim dengan Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dan Pengurus Pusat Muhammadiyah di Istana Negara.

Dalam kesempatan berbe­da, Presiden mempersilakan masyarakat berunjuk rasa. Mes­kipun demikian, Pre­­siden mengingatkan agar hal itu ti­dak dilakukan secara anarkistis dan tidak memaksakan kehendak.
Di lain pihak, Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri khawatir unjuk rasa pada Jumat (4/11) akan meme­cah belah bangsa karena bisa di­ikuti daerah lain.

Ketua Umum Par­tai NasDem Surya Paloh me­ngatakan kontestasi pilkada menjadi tidak berarti bila akhir­nya membuat masyarakat terpecah belah. Menurutnya, persatuan dan ke­satuan negeri jauh lebih penting ketimbang kemenangan dalam pilkada. (Bay/Pol/Gol/Jay/Aya/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya