Pancasila Jangan sebatas Ideologi Negara

Putri Rosmalia Octaviyani
01/10/2016 06:40
Pancasila Jangan sebatas Ideologi Negara
(MI/SUSANTO)

BERBAGAI konflik dan masalah di dalam masyarakat serta pemerintahan menjadi bukti belum terwujud dan terserapnya nilai-nilai luhur Pancasila.

Padahal, di tengah kompleksnya perkembangan dunia, ia dapat menjadi bekal dan pedoman yang dapat menjadi penyelamat utama bangsa.

Mantan Rektor Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin Hidayat menegaskan hal itu dalam momentum peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada hari ini.

Komaruddin mengatakan seluruh warga negara harus memahami, Pancasila berperan sebagai penjaga nilai-nilai luhur kehidupan, acuan hidup, dan parameter proses pembangunan.

Seluruh nilai dari kelima sila Pancasila harus dimaknai utuh dan bersamaan.

Kelima sila harus dapat dimaknai sebagai satu bentuk kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia.

"Pancasila belum dijadikan acuan dan referensi seluruh elemen bangsa dalam menjalankan kehidupan bernegara dan keseharian. Pancasila hanya ditempatkan sebagai ideologi negara, belum menjadi nilai-nilai yang dihayati dalam menjalankan negara menuju poin terakhir Pancasila yang juga merupakan muara dari seluruh nilai yang tertanam dalam keempat sila sebelumnya, yakni terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," ungkap Komaruddin, kemarin.

Komaruddin menyayangkan kondisi itu karena Pancasila merupakan nilai-nilai yang seharusnya tumbuh dalam masyarakat sebagai acuan nilai-nilai luhur kehidupan, diperkuat negara sebagai parameter pembangunan.

Sejak Pancasila pertama kali lahir, hal tersebut dianggapnya belum terlihat telah terlaksana oleh seluruh warga Indonesia.

Karena itulah, pakar etika dan filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis Suseno menilai Hari Kesaktian Pancasila harus dapat menjadi momentum bangsa ini dalam menyelesaikan kasus-kasus kemanusiaan.

Menurutnya, tantangan pengamalan Pancasila saat ini selalu berkaitan dengan sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Kita harus dapat selesaikan masalah pelanggaran berat itu yang selama ini tertutupi," ucap Romo Franz, kemarin.

Pancasila, lanjut dia, menjadi komitmen bangsa Indonesia untuk dapat saling menerima tanpa membedakan.

Oleh karena itu, Pancasila sangat berarti dan perlu untuk dibuat nyata dalam kehidupan berbangsa.

Dalam kaitan yang sama, Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsudin, mengatakan nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila sejatinya cukup memadai untuk menjadi solusi persoalan dunia.

Terlebih lagi, banyak tokoh dunia yang memuji ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Di forum internasional, Pancasila disebut sebagai jalan tengah dari ideologi-ideologi dunia yang ekstrem, seperti kapitalisme dan sosialisme, demokrasi liberal dan otoritarianisme, juga negara teokratik dan negara sekuler," kata Din, kemarin.

Akan tetapi, menurut Din, pemahaman dan pengalaman masyarakat Indonesia masih kurang. Dahulu, pelajaran mengenai Pancasila sempat masuk kurikulum pendidikan.

Akan tetapi, hal itu baru menyentuh aspek kognitif, belum sampai pada tahap afektif.

Karena itu, Din menyarankan nilai-nilai Pancasila secara konsisten, konsekuen disenyawakan dengan aktivitas sehari-hari.

"Momen Hari Kesaktian Pancasila menjadi tonggak kembali kepada Pancasila sebagai kiblat, baik secara individu maupun negara," imbuhnya. (Wnd/Ric/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya