Ahok-Djarot Sulit Terbendung

Golda Eksa
21/9/2016 06:35
Ahok-Djarot Sulit Terbendung
(MI/ARYA MANGGALA)

PERTEMUAN di kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin sore, ialah pertemuan yang istimewa bagi calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan calon wakil gubernur Djarot Syaiful Hidayat. Sejumlah elite partai banteng moncong putih hadir.

Megawati yang mengenakan blus bergaris hitam duduk di sebuah meja kayu panjang. Ahok yang mengenakan kemeja batik cokelat dan Djarot yang memakai kemeja merah duduk bersebelahan.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama 90 menit itu, Megawati menanyakan kesediaan Ahok untuk menjalankan Dasa Prasetya atau 10 poin janji kesetiaan PDIP jika menjadi cagub pada Pilgub DKI 2017.

Selain itu, Megawati dan petinggi PDIP lainnya memberikan wejangan kepada Ahok agar melakukan intro­speksi atas segala pernyataannya selama ini. Itulah proses yang mendahului penetapan duet Ahok-Djarot.

Alhasil, DPP PDIP secara resmi mengumumkan Ahok-Djarot sebagai cagub dan cawagub DKI periode 2017-2022.

“PDI Perjuangan memutuskan untuk menetapkan Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon gubernur dan Djarot Saiful Hidayat sebagai calon wakil gubernur,” ungkap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, tadi malam.

Hasto menjelaskan ada beberapa pertimbangan terkait dengan keputusan itu, di antaranya ideologi PDIP yakni Pancasila dan Trisakti sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan pluralisme.

Selain Ahok-Djarot, PDIP juga mengumumkan pasangan calon yang diusung mereka pada Pilkada 2017 di 101 wilayah.

Seusai menandatangani kontrak politik, Ahok mengatakan Megawati meminta dirinya menghapuskan permasalahan terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) karena tidak sesuai dengan Pancasila. “Tidak ada lagi SARA,” tandasnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Kehormat­an DPP PAN Amien Rais dan sejumlah tokoh politik nasional membuat ‘Deklarasi Istiqlal’ yang mengharamkan memilih pemimpin nonmuslim.


Peluang menang

Dalam menanggapi keputusan PDIP, pengamat politik Gun Gun ­Heryanto menilai PDIP menerapkan teori struktur peluang (opportunity structure) untuk menyandingkan Ahok dengan Djarot. “Peluang (kemenangan) ada di incumbent,” ujar Gun Gun ketika dihubungi, tadi malam.

Senada, pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan Ahok-Djarot merupakan perpaduan calon berelektabiltas tinggi dengan mesin partai terkuat, PDIP.

“Secara kuantitatif dan logika kualitatif, pasangan Ahok-Djarot ini berada di atas angin,” ungkapnya kepada Metrotvnews.com.

Sementara itu, nama Anies Baswedan menjelang pendaftaran cagub-cawagub DKI menguat. Sekjen PPP Arsul Sani mengatakan mantan mendikbud itu dipertimbangkan oleh partainya, PKB, Partai Demokrat, dan PAN.

Keputusan DPP PDIP disambut elite PDIP DKI yang dulu menolak Ahok dengan lagu ‘Ahok Pasti Tumbang’, seperti Prasetio Edi Marsudi dan Gembong Warsono. Kini, lagu itu berubah menjadi ‘Ahok-Djarot Pasti Menang’, seperti yang mereka nyanyikan seusai penetapan di Kantor DPP PDIP, tadi malam. (X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya