Ketua MPR Tegaskan tidak Ada Tempat untuk Radikalisme

Nicky Aulia Widadio
18/9/2016 16:46
Ketua MPR Tegaskan tidak Ada Tempat untuk Radikalisme
(ANTARA/Iggoy el Fitra)

PEMAHAMAN nilai-nilai kebangsaan dan pembangunan karakter bangsa menjadi kunci untuk menghindari radikalisme, sikap intoleransi, hingga keributan antarsuku. Namun, upaya itu juga harus didukung oleh setiap stakeholder.

"Pada nilai-nilai luhur itu, tidak ada tempat untuk radikalisme. Orang kalau sudah memahami nilai-nilai kita, pancasila dan pilar-pilar kebangsaan kita tidak akan seperti itu," ujar Ketua MPR Zulkifli Hasan, di Padang, Sumatra Barat, Minggu (18/9).

Menurutnya, implementasi nilai-nilai kebangsaan belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Sosialisasi nilai-nilai empat pilar kebangsaan saat ini tidak lagi melibatkan sejumlah pihak lainnya, seperti bupati, pemerintah provinsi, hingga pihak kementerian. Padahal, dibutuhkan upaya menyeluruh untuk membudayakan dan menjaga nilai-nilai tersebut di masyarakat.

"Saya sudah menyampaikan ke Bapak Presiden, agar sosialisasi kebangsaan dan pembangunan karakter bangsa itu diteruskan, juga bupati, gubernur, presiden, sekolah, medianya, semua. Baru kita terhindar dari intoleran, radikalisme, keributan suku. Itu yang ditekankan," tuturnya.

Saat ini, ia mencontohkan, sejumlah nilai-nilai yang tertuang di Pancasila, seperti musyawarah dan mufakat di masyarakat justru terus tergerus.

"Hasil jajak pendapat, survei yang mengatakan musyawarah mufakat masih dijunjung hanya 1,6%. Sisanya mengatakan tidak musyawarah mufakat lagi," jelas Zulkifli.

Begitu pula dalam mewujudkan keadilan sosial. Dari survei tersebut, lanjut Zulkifli, 96% masyarakat yang menjadi responden menganggap peran negara dalam mewujudkan keadilan sosial menurun.

"Cuma 4% yang menganggap meningkat," jelasnya.

Minimnya pengamalan dari pilar-pilar kebangsaan ini, ia nilai jadi salah satu alasan mengapa saat ini radikalisme begitu mudah untuk masuk ke kampus-kampus. Begitu pula dengan sejumlah peraturan daerah yang masih dianggap diskriminatif.

"Kalau betul-betul ditanamkan rasa kebangsaan ini, nggak ada yang namanya sikap intoleran dan radikal," pungkasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya