Parpol Masih Dikelola Dengan Sistem Kaki Lima

PENELITI Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsudin Haris menyebut pengelolaan Partai Politik di Indonesia masih jauh dari ideal, dengan kompleksitas permasalahannya. Baik dalam konteks pengelolaan anggaran dan pola rekrutmen politik, sistemnya lebih mirip kaki lima.

“Partai masih cenderung menjadi beban bagi bangsa ini. Kita sepakat partai perlu dibenahi untuk melahirkan pemerintahan yang baik. Bahwa problematik parpol sangat komplek sekali. Sungguh-sungguh dikelola seperti kaki lima,” ujar Syamsudin di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, Selasa (6/9).

Ia mencontohkan, dalam proses kaderisasi, partai cenderung tidur panjang dan baru tergopoh-gopoh ketika menjelang pesta demokrasi, seperti Pemilu, Pilpres dan Pilkada.

Ia mencontohkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Pilkada DKI Jakarta.

“Di satu pihak lakukan seleksi internal, tetapi tidak dipakai juga. Kemudian mengundang Pilkada Jakarta untuk saingi Ahok. Namun, dalam perkembangan ada indikasi mendukung Ahok,” ujarnya.

Selain proses rekrutmen politik, juga dalam pengelolaan anggaran sangat buruk.

“Pemilik modal dibiarkan pegang kendali terhadap parpol,” ungkap Syamsuddin.

Inilah yang menjadikan parpol cenderung membawa kepentingan elit dan pemilik modal, sehingga makin memperlebar jarak dengan kepentingan konstituen.

Untuk itulah, pembenahan parpol melalui revisi UU parpol menjadi kenicsayaan. Jika tidak, maka parpol akan tetap menjadi beban, bukan solusi bagi bangsa ini.

“Seluruh elemen masyarakat mesti mendesak untuk segera dilakukannya pembenahan parpol. Menata Negara melalui pembenahan parpol,” tukasnya. (OL-3)