Sindikat Malaysia Ditembak

Akmal Fauzi
21/8/2016 09:01
Sindikat Malaysia Ditembak
(MI/M Irfan)

POLISI menggagalkan transaksi 20 kilogram sabu di area parkir Mall of Indonesia (MoI), Kelapa Gading, Jakarta Utara, dan me­nembak satu dari dua tersangka.

Tersangka yang tewas ditembak merupakan warga negara Malaysia bernama Lew Keng Kah. Satu tersangka lainnya ialah warga negara Indonesia Sardiyanto alias Yangke.

Keduanya merupakan ­ja­ringan sindikat peredaran narkoba dari Malaysia ke Indonesia yang berperan sebagai pengendali.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menerangkan jaringan itu juga be­kerja sama dengan jaringan narkoba yang berada di dalam lembaga pemasyarakatan (LP), antara lain dengan jaringan Aceh, Pak Ci, yang berada di LP Karawang, Jawa Barat.

Jaringan itu bahkan juga berhubung­an dengan jaringan di dalam Rumah Tahan­an Negara (Rutan) Salemba, LP Bulak Kapal, dan LP Gunung Sindur.

Menurutnya, semula tim khusus satuan narkoba yang dipimpin Kasat Narkoba Polres Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Suhermanto mengintai tersangka mulai Kabupaten Subang, Jawa Barat. Saat bertransaksi di MOI Jumat (19/8) malam, Lew Keng Kah dan Yangke ditangkap.

“Lalu, polisi melakukan pengembangan dengan membawa tersangka Lew Keng Kah untuk menunjukkan tersangka lain di Bekasi. Namun, di perjalanan tersangka melawan,” ujar Boy, kemarin.

Saat melintas di kawasan bypass Jakarta Timur, kata Boy, Lew Keng Kah meminta izin untuk buang air kecil. Ketika hendak turun dari mobil, tersangka tiba-tiba merebut senjata api yang terselip di pinggang petugas sehingga terjadi perebutan senjata.

Kendati polisi mengeluarkan tembakan peringatan, tersangka tetap melawan sehingga ditembak di bagian dada. “Lalu (tersangka) dibawa ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramatjati. Di perjalanan dia meninggal dunia,” kata dia.

Kapolres Jakarta Barat Komisaris Besar (Kombes) Royce Harry Langie mengungkapkan Lew Keng Kah merupakan target operasi polisi dan masuk daftar pencarian orang (DPO).

“Berdasarkan barang bukti dan hasil forensik, dia (Lew Keng Kah) yang mengatur semuanya,” kata Royce di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.

Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes John Turman Panjaitan menambahkan, dalam menyuplai narkoba ke Indonesia, jaringan itu biasanya menyelundupkannya melalui jalur laut.

Jaringan Tiongkok
Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan pengendali narkoba lintas negara untuk diedarkan di dalam LP didominasi jaringan Tiongkok-Indonesia. Kendali peredaran narkoba itu biasanya dilakukan dari dalam ataupun luar LP yang berhubungan satu sama lain.

“Dari pengungkapan kasus yang kami lakukan, paling banyak jaringan Tiongkok-Indonesia. Malaysia juga termasuk tinggi. Akan tetapi, sebelumnya paling banyak itu Nigeria, sekarang disusul Tiong­kok,” kata Kabag Humas BNN Kombes Slamet Pribadi.


Modus pengendaliannya selalu sama, yakni komunikasi via telepon seluler (ponsel). Biasanya, lanjut Slamet, agar bisa berkomunikasi melalui ponsel, sindikat menggunakan kabel yang di­sambungkan ke antena rakitan sebagai penguat sinyal.

Ia juga mengatakan hingga kini masih ada peredaran dan pengendalian narkoba di LP. Karena itu, jika bisa diberantas melalui sistem keamanan yang ketat dan inspeksi mendadak (sidak), ujarnya, peredaran dan pengendalian narkoba di dalam LP di Tanah Air bisa berkurang.

“Kalau (peredaran dan pengendalian narkoba) di dalam (LP) bisa diatasi,peredaran narkoba di seluruh Indonesia bisa berkurang 50%,” ucapnya. (Mal/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya