Menyerap Aspirasi dari Pelosok Negeri

Rudy Polycarpus
19/8/2016 06:25
Menyerap Aspirasi dari Pelosok Negeri
(MI/PANCA SYURKANI)

PRESIDEN Joko Widodo menerima 476 orang yang dinobatkan sebagai teladan nasional dalam rangkaian upacara peringatan HUT ke-71 RI di Istana Negara, Jakarta, kemarin.

Mereka datang dari latar belakang yang beragam dengan prestasi mengilap, mulai atlet, lurah, nelayan, petani, perawat, hingga siswa pemenang olimpiade matematika dan anggota Paskibraka 2016.

Pertemuan teladan nasional dari pelosok Tanah Air itu dimanfaatkan Presiden untuk mendengarkan cerita, aspirasi, juga keluhan mereka.

Setelah memberikan sambutan, Jokowi meminta beberapa orang yang berasal dari pelosok Indonesia untuk maju.

Salah satunya Alvionita Kagoya, siswi peraih medali perunggu dalam World Mathematics Team Championship (WMTC) 2014 yang digelar di Tiongkok.

Alvionita berasal dari Nduga, Papua.

Dia menceritakan kehidupan sekolahnya yang serbasulit.

Sekolahnya beralaskan tanah dan temboknya terbuat dari kayu.

Hanya satu guru yang mengajar di sekolah itu.

Di sana juga belum ada jalan yang bisa dilintasi kendaraan bermotor.

"Kalau mau kunjungi keluarga di tempat lain, kami harus jalan kaki sehari penuh. Seperti hutan belantara. Semuanya mahal, besin bisa Rp60 ribu per liter," tutur Alvionita kepada Presiden.

Kepada Alvionita, Presiden menjanjikan ruas jalan dari Wamena menuju Agat lewat Nduga hingga Merauke bisa tembus pada akhir tahun ini.

Meskipun belum diaspal, lanjutnya, yang terpenting terbuka dulu.

Presiden berjanji tahun ini akan kembali mengunjungi Nduga.

Sekelumit kisah juga disampaikan Absalon Ola, kepala sekolah dasar sekaligus guru di Kecamatan Ndana, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang harus menempuh 10 jam perjalanan dengan motor untuk tiba tempatnya mengajar.

Bahkan, bila musim hujan tiba, ia harus berjalan kaki hingga empat hari karena jalan tak bisa dilalui kendaraan.

"Kalau musim hujan itu, saya tidak bisa melewati dengan sepeda motor, tapi dengan jalan kaki. Biasanya saya bermalam di setiap pinggir sungai hingga airnya mulai surut," ujar Olan.

Sekolah tersebut hanya memiliki enam guru yang terdiri atas dua PNS dan empat tenaga honorer.

Agar tidak mengganggu proses belajar mengajar, Ola meminta para guru untuk tinggal di sekolah.

Presiden menggeleng-gelengkan kepala mendengar kisah Ola.

"Itu motornya dituntun atau dinaikin?" canda Presiden disambut tawa seluruh tamu.

Menurut Presiden, cerita Alvionita dan Ola menunjukkan betapa luasnya wilayah Indonesia.

Jokowi mengaku pernah ditanya para pemimpin negara sahabat tentang bagaimana mengelola negara sebesar Indonesia.

"Saya kalau bercerita ke kepala negara lain, saya ceritakan 17 ribu pulau itu, semuanya geleng-geleng, semuanya. Mereka tanya, 'bagaimana mengelolanya'. Ya dikelola dengan baik, buktinya berjalan sudah 71 tahun kita merdeka," ujar Jokowi. (Rudy Polycarpus/P-4



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya