Mega Berharap Ahok Sabar

Putri Anisa Yuliani
14/8/2016 07:25
Mega Berharap Ahok Sabar
(Foto: MI)

BEDA ketua umum, beda pengurus. Itulah gambaran yang terjadi pada hubung­an calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan PDIP.

Bila sejumlah elite partai banteng moncong putih sinis dengan mantan Bupati Belitung Timur itu, sebaliknya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Hubungan tetap hangat nan harmonis.

Bahkan di tengah tanda tanya publik atas sikap PDIP yang belum menjatuhkan pilihan kepada Ahok, Megawati memintanya sabar menunggu keputusan akhir PDIP.

“Selama ini komunikasi sih Ibu bilang tunggu aja, maunya orang Jakarta seperti apa. Nanti PDIP akan putuskan yang terbaik untuk orang Jakarta, itu yang selalu Ibu katakan,” ujar Ahok seusai menghadiri acara Young on Top National Conference 2016 di Balai Kartini, Jakarta Selatan, kemarin.

Megawati, lanjut Ahok, sempat mencurigai niat awal Ahok melaju melalui jalur independen disebabkan ada keretakan hubung­an antara dirinya dan Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat. “Dia (Megawati) juga bilang kamu sama Djarot enggak ada masalah, kan? Enggak ada masalah saya bilang,” jelasnya.

Ahok pun menyebut akan terus menunggu keputusan Megawati hingga akhir. Sebabnya, meskipun dirinya tak mendaftar secara resmi menjadi bakal calon gubernur di PDIP, keputusan final pasangan yang akan diusung tetap berada di tangan ketua umum. “Kalau PDIP mau putuskan Ahok-Heru, kita mana tahu kan,” tukasnya.

Detik-detik akhir
Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDIP Eriko Sotarduga mengatakan partainya akan mengumumkan nama calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada detik-detik akhir, mendekati batas pendaf­taran pada 21-23 September 2016 mendatang.

“Waktu masih 40 hari lagi. Biasanya, seperti periode lalu, tidak terlalu jauh dari batas pendaf­taran. Jadi tidak bisa diputuskan segera, tidak mungkin 2-3 hari lagi,” ujarnya saat dihubungi kemarin.

Menurut dia, sah-sah saja elite PDIP berbeda pendapat tentang figur calon. “Sebelum ditetapkan (oleh ketua umum) boleh berbeda pendapat, tidak masalah. Namun, setelah diputuskan, wajib untuk menaatinya,” pungkasnya.

Pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya menilai PDIP memang menjadi putri cantik yang saat ini sedang dinanti-nanti tidak hanya oleh publik, tetapi juga oleh Ahok dan lawannya di Pilkada DKI Jakarta 2017.

“Ahok memang kandidat dengan elektabilitas terkuat, sedangkan PDIP punya mesin politik partai yang besar sebagai pemenang pemilu. Asumsinya benar, jika keduanya bergabung, itu menjadi kombinasi yang sulit dikalahkan,” terang Yunarto.

Dari Surabaya dilaporkan, Wali Kota Tri Rismaharini atau Risma mengatakan akan tetap menolak bila PDIP merekomendasikannya ke pilgub DKI Jakarta.

“Begitu disumpah (menjadi wali kota), saya sudah ikhlas mati (be­kerja melayani) warga Surabaya,” tandas Risma di sela-sela peringatan HUT ke-71 RI di halaman Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, kemarin. (Nov/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya