Kontras Beberkan Kejanggalan Operasi Pemberantasan Narkotika

Golda Eksa
12/8/2016 19:54
Kontras Beberkan Kejanggalan Operasi Pemberantasan Narkotika
(Koordinator Kontras Haris Azhar (kanan)---MI/MOHAMAD IRFAN)

SEJUMLAH elemen masyarakat sipil yang menamakan Tim Berantas Mafia Narkoba membeberkan bukti baru terkait dugaan keterlibatan aparat penegak hukum dalam jaring narkoba. Informasi itu merujuk kejanggalan operasi controlled delivery 1,4 juta pil ekstasi asal Tiongkok milik Freddy Budiman pada 2012 silam.

"Ini menjadi sejumlah catatan untuk ungkap mafia narkoba yang diduga menggunakan atau memanfaatkan fasilitas negara," ujar Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar, Jumat (12/8).

Haris yang didampingi Direktur LBH Masyarakat Ricky Gunawan, Ketua YLBHI Alvon Kurnia Palma, dan pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar, menjelaskan bukti adanya campur tangan petugas tersirat dalam berkas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat terhadap terpidana Muhamad Mukhtar alias Moektar, anak buah Freddy.

Kala itu tim gabungan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) serta Bea dan Cukai telah bersiap untuk melaksanakan operasi controlled delivery dengan sasaran sebuah kontainer yang diduga berisi paket narkoba di Pelabuhan Tanjung Priok.

Namun, lanjut Haris, petugas yang sudah mengetahui tujuan pengiriman ke sebuah gudang di Jalan Kayu Besar Dalam, Gang Portal Nomor 22 RT10/11, Cengkareng, Jakarta Barat, justru menghentikan laju truk kontainer yang ditumpangi Mukhtar saat baru keluar tol Kamal, Jakarta Barat.

"Seharusnya dengan metoda controlled delivery petugas tetap membiarkan paket sampai ke lokasi. Tujuannya agar bisa diketahui siapa yang menyerahkan dan menerima paket itu. Tapi justru hal itu tidak dilakukan," ujarnya.

Bambang menambahkan teknik penyerahan di bawah pengawasan atau controlled delivery dalam operasi tersebut tidak berjalan sempurna. Tindakan petugas dengan menghentikan laju truk merupakan kesalahan fatal, serta menyimpang dari instrumen United Nations Convention Againts Illicit Traffic in Narcotics Drugs and Psychotropic Substance 1988.

"Ada kejanggalan karena ditangkap di tengah jalan. Penangkapan dalam controlled delivery itu harus ada rencana, proses, dan siapa yang memberi perintah. Jika prosedur diikuti akan terungkap jelas dan dapat dikembangkan hingga ke jaringan, distributor, produsennya, dan menelusuri aliran dana."

Kejanggalan lain yang disampaikan Bambang adalah alasan petugas yang hanya meloloskan 1 dari 3 truk kontainer berisi paket dari Tiongkok. Sejatinya jika aparat telah mengetahui indikasi penyelundupan narkotika dan hendak menerapkan konsep controlled delivery, maka seluruh kontainer itu juga dibolehkan keluar dari pelabuhan.

"Ini spekulasi namanya. Tahu dari mana satu kontainer itu berisi narkoba, ini tentu ada perintah. Metoda controlled delivery perlu ditinjau ulang agar jangan sampai ditumpangi mafia," ujar Bambang.

Senada disampaikan Ricky. Katanya, ada beberapa mata rantai yang terputus terkait operasi pengungkapan kasus tersebut. Publik perlu mengetahui siapa saja yang terlibat penyelundupan narkoba dan bukan hanya sebatas informasi Freddy sebagai gembongnya.

"Metoda controlled delivery sangat penting karena supaya kita tahu siapa yang terlibat, dan memastikan apakah aparat menyalahkan wewenang, serius membongkar kasus, atau justru menjadi bagian sindikat," pungkasnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya