Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
KEJAHATAN yang terus berkembang dan canggih menuntut Kepolisian RI untuk membekali kemampuan mereka. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut, pelaku kejahatan saat ini telah semakin canggih dan pintar. Bahkan, para pelaku kriminal kerap selangkah di depan aparat hukum. Oleh sebab itu, ia meminta polisi banyak belajar agar mampu mengikuti perkembangan teknologi.
Pesan ini disampaikan saat menghadiri peluncuran buku 'Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo Bapak Kepolisian Negara RI Yang Nyaris Dilupakan' di Gedung Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (11/8).
"Hari ini kejahatan bukan hanya pencurian, perampokan, dan penipuan. (Tapi) kejahatan siber, kejahatan yang lebih pintar dari sebelumnya," ujar JK, sapaan akrab Kalla.
Wapres mencontohkan tewasnya Wayan Mirna Salihin sebagai kasus yang rumit pembuktiannya. Ia mengaku mengetahui betapa kompleksnya kasus itu, setelah menyaksikan acara diskusi di televisi terkait pembunuhan yang diduga dilakukan Jessica Kumala Wongso. Menurut dia, kasus yang tengah menjadi perhatian publik itu ialah contoh bagaimana kejahatan terus berkembang.
"Semalam saya melihat bagaimana diskusi diracun atau tidak di sebuah restoran, ini jelas beda pada zaman dulu. Mungkin zaman dulu digertak sedikit pelakunya selesai. Kalau sekarang metode ilmiah lah yang menentukan itu," lanjut JK.
Untuk menuntaskan suatu kasus, sambung Kalla, penegak hukum harus menggunakan metode-metode ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan, untuk bisa membuktikan kejahatan seseorang.
"Artinya di samping memiliki kemampuan fisik, (tapi juga) otak teknologi dan kemampuan bergaul dengan masyarakat," ujarnya.
Soekanto ialah Kapolri pertama yang menjabat pada 29 September 1945 hingga 14 Desember 1959. Ia dianggap sebagai peletak dasar kepolisian nasional yang profesional dan modern. Ia lahir di Bogor, Jawa Barat, 7 Juni 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Agustus 1993 pada usia 85 tahun.
Wapres berpesan kepada personel kepolisian agar selalu menjadikan Jenderal RS Soekanto sebagai panutan. Dia juga yakin masih banyak polisi yang bisa lebih baik dari Soekanto, yang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit milik Polri di Jakarta.
"Saya pikir banyak lagi polisi yang seperti itu pasti butuh keteladanan baik. Saya pikir banyak lagi polisi yang baik, banyak lagi yang bisa berbuat lebih baik," pungkasnya.
Turut hadir dalam peluncuran buku tersebut Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, Kepala Lembaga Pendidikan Polri Komjen Syafruddin, dan mantan Kapolri sekaligus mantan Kepala BIN Jenderal (Purn) Sutanto, serta mantan Kapolri Jenderal (Purn) Awaloedin Djamin.
Awaloedin mengatakan, Soekanto akan diusulkan menjadi pahlawan nasional. Menurut dia, selama 14 tahun kepemimpinannya, Soekanto dianggap telah membangun organisasi Polri yang solid mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah.
Selain itu, Soekanto juga membentuk unit-unit baru yang berada di dalam kepolisian, di antaranya Polisi Perairan dan Polisi Udara, Polisi Perintis, Polisi Lalu Lintas, Polisi Kereta Api, Laboratorium Kriminal, NCB Interpol, serta mengembangkan korps polisi wanita.
Tak hanya di internal, keberhasilan Soekanto juga terlihat di dalam sejumlah misi yang dijalankan Polri. Beberapa di antaranya yaitu menumpas pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Andi Aziz, DI/TII, PRRI/Permesta, serta sejumlah operasi khusus seperti kasus spionase Jungschlaeger-Schmidt, serta peristiwa Cikini.
"Soekanto tidak hanya tokoh besar kepolisian, tetapi juga tokoh besar bangsa Indonesia, yang perlu dihargai, dibanggakan, dan menjadi panutan bagi generasi sekarang dan mendatang," ujar Awaloedin. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved