Kader Bela Negara Bisa Jadi Intelijen

MI
01/8/2016 09:40
Kader Bela Negara Bisa Jadi Intelijen
(MI/M Irfan)

KEINGINAN Kementerian Pertahanan untuk memiliki intelijen sendiri mendapat sokongan dari 2,7 juta alumni kader Bela Negara. Mereka sudah diajari menjadi pengumpul informasi yang memiliki kepekaan situasi.

Pembentukan Badan Intelijen Pertahanan pun terus berproses. “Ya, apa pun juga cerita­nya (kader Bela Negara) bisa juga digunakan. Karena dia sudah mempunyai kemampuan Bapulket (Badan Pengumpul Keterangan). Itu intelijen dasar,” ujar Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kemenhan Mayjen Hartind Asrin di Kompleks Pusdiklat Bela Negara Kemhan, Rumpin, Bogor, kemarin.

Hartind berada di Bogor dalam rangka menutup pendidikan dan pelatihan Bela Negara bagi 216 anggota ormas Barisan Patriot Bela Negara yang merupakan LSM pertama yang jadi peserta program tersebut.

Ormas ini menggenapkan angka kader Bela Negara menjadi 2,7 juta orang. Badiklat Kemenhan menargetkan peningkatan jumlah kader menjadi 4 juta pada Desember 2016.


Selain pengetahuan dasar wawasan kebangsaan dan nilai dasar Bela Negara, Hartind menambahkan para kader juga diberikan pengetahuan dasar intelijen. Salah satu yang diajarkan ialah tentang Bapulket.

Ini mencakup kepekaan terhadap situasi, kemampuan menuliskan laporan kepada aparat terdekat, hingga pengecekan kebenaran sumber berita.

“Kalau bertemu teroris enggak masa bodoh lagi. Di sini diajarin lapor cepat, kepekaan. Cara lapornya diajarkan. Mereka sudah jago, bagaimana A1, A2,” imbuhnya.

Sebelumnya Menhan Rya­mi­zard Ryacudu berkukuh untuk memiliki intelijen sendiri lantaran tak bisa menarik BAIS dari TNI.

Ketua Setara Institute Hendardi menyebut rencana tersebut tidak berbasis pada perencanaan dan mandat reformasi pertahanan dan militer sebagaimana yang diamanatkan UU Pertahanan dan UU TNI.

Padahal, ada agenda lain yang perlu digarap Kemenhan, misalnya, penataan bisnis militer, penataan SDM, reformasi peradilan militer, dan transformasi paradigmatik dalam menghadapi tantangan pertahanan mutakhir yang umum­nya tidak dalam bentuk tantangan fisik/serang­an. (Kim/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya