Sumatra Utara Barometer Toleransi di Indonesia

MI
01/8/2016 07:15
Sumatra Utara Barometer Toleransi di Indonesia
(Antara/Yudhi Mahatma)

PEMERINTAH berusaha keras agar kasus kerusuhan di Tanjungbalai, Sumatra Utara, ti­dak menjalar ke daerah lain di Sumut.

“Sudah dilakukan pertemuan bersama Kapolda, TNI, pe­me­rintah daerah, dan tokoh masyarakat untuk meredam semua daerah di wilayah Sumatera Utara supaya jangan sampai terprovokasi,” ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavi­an setiba di Bandara Halim Per­danakusuma Jakarta, kemarin, seusai mengunjungi Tanjungbalai dan Desa Lingga, Kabupaten Karo, Sumut.

Selama ini, kata Tito, Sumut merupakan barometer to­leransi antarumat beragama di Indonesia. Oleh sebab itu, ia berharap ke depannya tidak ada lagi sisa-sisa konflik.

Menurut Tito, konflik antar-penduduk di Tanjungbalai merupakan sebuah kesalahpahaman yang diperparah provokasi media sosial. Konflik berawal ketika seorang warga keturunan mengeluarkan kata-kata yang kurang pas mengenai pengeras suara di masjid.

Permasalahan tersebut ke­mu­dian coba diselesaikan oleh kepala lingkungan. Namun, ka­rena masih menimbulkan perdebatan, akhirnya dibawa ke polsek setempat.

“Saat di polsek itulah beredar isu-isu provokatif di media sosial. Warga kemudian secara sporadis melakukan aksi ke­kerasan, khususnya pembakaran tiga rumah, kendaraan, wihara, dan kelenteng,” jelas mantan Kepala BNPT ini.

Tito akan berkoordinasi de­ngan Kementerian Komunikasi dan Informasi soal pengawas­an terhadap jejaring sosial se­perti Facebook dan Twitter.

Selama ini pesan-pesan ne­gatif dengan mudahnya menjadi viral di jejaring sosial. “Salah satu caranya, membicarakan dengan provider-provider internasional itu agar membuka server di Indonesia sehingga ketika ada hate speech, tidak vi­ral dan bisa dihentikan,” pungkasnya.

Polres Tanjungbalai sudah menetapkan tujuh tersangka terkait kerusuhan tersebut. Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso di Medan, kemarin meyakini kerusuhan di Tanjungbalai tidak akan merembet ke dae­rah lain. Pasalnya, pemi­cunya bukan masalah SARA, tetapi akibat spontanitas protes azan masjid yang dinilai terlalu kuat oleh seorang warga. (Nic/PS/AT/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya