Reshuffle Kabinet Disambut Positif Pasar

Anastasia Arvirianty
28/7/2016 06:40
Reshuffle Kabinet Disambut Positif Pasar
(Tim Riset MI/Ant)

PRESIDEN Joko Widodo akhirnya merombak komposisi kabinet dengan menggeser se­jumlah nama dan sekaligus memasukkan sejumlah nama menteri baru.

Masuknya nama mantan Di­rektur Bank Dunia Sri Mulya­ni Indrawati mendapat angin segar dari pasar.
Selain membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) dan rupiah terapresiasi, momentum reshuffle Kabinet Kerja ju­ga membuat kapitalisasi pa­sar IHSG kembali menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa sebesar Rp5.676,6 triliun setelah rekor sebelumnya pada 20 Juli 2016 Rp5.639,4 triliun.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulis­­tio mengganggap reshuffle Ka­binet Kerja kali ini bukan me­rupakan perombakan, melain­kan suatu penyempurnaan.

Perubahan jajaran menteri Kabinet Kerja jilid II diyakini Tito akan semakin menum­­buh­kan kepercayaan investor ter­hadap perekonomian Indonesia. “Tingkat kepercayaan yang tinggi akan membuat program amnesti pajak akan berhasil,” ujar Tito di Jakarta, kemarin.

Di pelataran Istana Merdeka, kemarin, Presiden Jokowi memutuskan untuk merotasi empat posisi menteri dan ketua lembaga. Selain itu, sembilan nama diperkenalkan untuk me­nyuntikkan energi baru di beberapa pos kementerian.

Seusai diumumkan Preside­n Jokowi, semua menteri yang baru saja diperkenalkan langsung dilantik pada siang hari­nya kemudian bekerja meng­ikuti sidang paripurna.

Presiden Jokowi meminta para menterinya harus solid. “Tak ada lagi yang saling me­nyalahkan. Semua kementeri­an dan lembaga harus satu ga­­­­ris lurus dengan visi misi saat ini,” kata Jokowi saat mem­buka rapat paripurna ka­­binet di Kantor Presiden, Ja­karta, kemarin.
Jika rapat kabinet sudah meng­ambil keputusan, lanjut­nya, semuanya harus satu sua­ra dan memberikan dukung­an penuh. “Tak ada lagi yang ja­­lan sendiri, apalagi ka­lau sudah keluar perpres misalnya. Semua harus satu,” tegas Presiden.

Di antara menteri yang dico­pot, tercatat Menko Maritim Rizal Ramli ialah menteri yang kerap berseteru dengan menteri lain di ruang publik. Demi­kian pula mantan Mente­ri Perhubungan Ignasius Jonan yang kerap berbeda pendapat dengan Menteri BUMN Rini Soemarno, misalnya mengenai kereta cepat.


Angin segar

Pengamat ekonomi Indef Bhi­ma Yudistira menilai tepat Presiden Jokowi memilih mantan menkeu di era Presiden Su­silo Bambang Yudhoyono itu.

“Masyarakat melihat penga­ruh masuknya SMI sebagai angin segar. Itu diapresiasi market secara besar-besaran dilihat dari pergerakan IHSG,” ungkapnya.

Senada, pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran Ina Primiana percaya Menteri Keuangan Sri Mulyani telah memetakan kebutuhan yang perlu difokuskan dari kebijak­an fiskal.

Kebutuhan itu, ia bilang, me­­­rupakan strategi yang mendukung langsung sektor riil. Di samping itu, ia memperkirakan fokus arah kebijakan fiskal RI ialah per­­baikan kinerja penerimaan pa­jak.

Soal tax amnesty alias peng­ampunan pajak, Menkeu Sri Mul­­yani menilai hal itu bukan tujuan akhir selu­ruh pelaksanaan kebijakan fis­kal. Ia memprioritaskan pe­­­ningkatan koordinasi kebi­jak­an dalam perencanaan APBN berikutnya. “APBN harus dibuat secara sinkron dan harmonis,” katanya.

Ketua Komisi XI DPR Ahmadi Noor Supit menilai publik tak bo­leh berlarut dalam euforia penunjukan Sri Mul­yani seba­gai menkeu. Meski pasar merespons amat baik, Ahmadi menilai sejumlah permasalah­an tengah menanti Sri Mul­ya­ni.
“Itu soal penerimaan pajak, bagaimana meyakinkan orang mengembalikan uangnya ke Indonesia untuk pelaksanaan tax amnesty.” (Nov/Pol/Jay/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya