Pemerintah Mesti Evaluasi Tata Kelola Alutsista

Christian Dior Simbolon
11/7/2016 04:45
Pemerintah Mesti Evaluasi Tata Kelola Alutsista
()

DIREKTUR Eksekutif Imparsial Al Araf mengatakan berulangnya kecelakaan pesawat TNI menunjukkan buruknya kualitas alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Data yang dihimpun Imparsial, sepanjang 2004-2016 setidaknya terdapat 20 peristiwa kecelakaan alutsista.

Dengan mengutip buku postur pertahanan negara yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan pada 2007, Al Araf mengatakan 30%-50% alutsista TNI dinyatakan tidak layak untuk digunakan.

"Meskipun penyebab kecelakaan belum diketahui, sudah bukan rahasia lagi kalau sebagian alutsista TNI dalam kondisi tidak layak digunakan. Karena itu, modernisasi harus dilakukan. Tapi, pengadaannya juga harus diawasi ketat dan dilakukan secara transparan," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Terkait dengan pembenahan alutsista, Al Araf mengatakan Presiden Joko Widodo bisa turun tangan dengan membentuk tim audit independen untuk memetakan permasalahan alutsista TNI.

Anggota tim bisa dipilih dari Kementerian Pertahanan, anggota DPR, akademisi, KPK, dan pihak-pihak dari luar TNI lainnya.

Di sisi lain, lanjut Al Araf, Presiden Jokowi juga bisa meminta KPK untuk terlibat aktif dalam menyelisik dugaan-dugaan korupsi dan mark-up di sektor pertahanan.

Dalam hal ini, Kementerian Pertahanan dan TNI harus mau membuka diri dan bekerja sama dengan penyidik KPK.

"Selama ini, Kemenhan beralasan mereka punya pengadilan militer untuk mengadili kasus-kasus di ranah militer. Tapi, ini bukan alasan buat KPK untuk tidak mengawasi pengadaan alutsista. KPK sifatnya lex specialis, sedangkan pengadilan militer itu lex generalis. Jadi, KPK punya kewenangan untuk itu," tandas Al Araf.

Kapasitas pilot

Hal senada diungkapkan pengamat militer Wawan Purwanto. Menurutnya, jatuhnya helikopter Bell 205 A-1 milik TNI-AD di Kalasan, Kabupaten Sleman, harus jadi momentum evaluasi menyeluruh.

Tidak hanya pada pengadaan dan perawatan alutsista, kualitas pilot pun harus dibenahi.

"Semua harus dievaluasi, termasuk di antaranya kualitas pilot-pilot yang menerbangkan pesawat. Kalau kita lihat, sering kali penyebab kecelakaan itu karena kelalaian manusia," ujarnya.

Menurut Wawan, peningkatan kualitas pilot TNI mutlak dilakukan. Kelalaian pilot kerap menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.

Misalnya terbukti dalam peristiwa jatuhnya pesawat jet Golden Eagle T-50i trainer jet milik TNI-AU di Bandara Adisutjipto, Desember tahun lalu.

Saat ini TNI masih dalam proses menginvestigasi untuk mengetahui penyebab jatuhnya helikopter dengan nomor registrasi HA-5073 tersebut.

Komandan Pusat Penerbangan TNI-AD Brigjen TNI-AD Benny S meminta semua pihak menunggu hasil investigasi dan tidak menyimpulkan penyebabnya secara sepihak.

Menurut Benny, usia helikopter bukanlah penyebab utama.

Meskipun heli itu generasi tua, ada manajemen pemeliharaan.

Ada proses pemeliharan dan perbaikan, serta pergantian suku cadang.

"Jadi, usia bukanlah faktor utama, satu-satunya," ujarnya di sela pemakaman Serda Yogi Risci Sirait, salah satu korban tewas, di Depok, Jawa Barat, kemarin.

Ditegaskannya, tim investigasi sudah mendapatkan data teknis dan data pendukung keterangan masyarakat yang melihat proses jatuhnya helikopter itu.

Tim investigasi itu melibatkan Puspenerbad, Mabes TNI, dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). (KG/P-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya