Setnov Dilawan 7 Kandidat soal Sistem Pemilihan Caketum

Arnoldus Dhae
15/5/2016 14:50
Setnov Dilawan 7 Kandidat soal Sistem Pemilihan Caketum
(MI/Rommy Pujianto)

PERDEBATAN soal sistem pemilihan ketua umum di Munaslub Partai Golkar yang digelar di Nusa Dua Bali semakin mencuat. Sebanyak 7 Caketum membuat pernyataan bersama pada Minggu pagi (15/5).

Tujuh Caketum membuat pernyataan bersama bahwa mereka menyetujui pemilihan ketum dilakukan secara tertutup. Sementara satu kandidat yakni Setya Novanto (Setnov) menginginkan pemilihan ketum dilakukan secara terbuka. Pernyataan bersama itu digelar di hadapan sejumlah awal media yang meliput Munaslub Golkar. Ketuju Caketum yang dimaksud adalah Airlangga Hartarto, Mahyudin, Azis Syamsudin, Priyo Budi Santoso, Syahrul Yasin Limpo, beserta beberapa tim dari Ade Komarudin (Akom).

Menurut Airlangga Hartarto, pernyataan bersama 7 Caketum tidak ada upaya untuk saling menjegal satu sama lain. "Tidak satupun dari kami melakukan hal tersebut. Bagi kami yang bertujuh ini, siapapun yang terpilih akan saling mendukung. Kami ada surat tertulis, akan tandatangani yang baru, akan mendukung proses Munaslub," ujarnya.

Menurutnya, yang tidak diharapkan adalah sistem pemilihan terbuka pada saat pandangan umum. "Ini yang tidak kami harapkan. Kami ingin kawal agar proses demokrasi tetap berjalan, agar proses tertutup. Dalam proses itu, siapapun yang terpilih, akan saling mendukung," ujarnya.

Ia menjelaskan, setiap saat kalau ada perkembangan krusial 7 orang ini akan berkumpul. Tentu akan menyampaikan ke media, karena ini bagian dari demokrasi sehingga publik bisa tahu apa yang ada di Munaslub Partai Golkar.

Sementara menurut Mahyudin, Munaslub adalah pertaruhan partai. Kalau mau bangkit, hanya saru jawabannya yakni harus solid kembali. "Dan saya juga jadi calon ketum, bukan ujug-ujug jadi penggembira. Saya pertaruhkan segalanya. Itulah kenapa kami bangun komunikasi agar siapapun terpilih jadi Golkar baru. Dengan syarat aturan AD/ART harus dilaksanakan," ujarnya.

Dikatakan, beberapa kali SC dilaksanakan pencalonan secara tertutup. Dengan tertutup, itu yang namanya Luberjurdil. Munas kali ini ingin rekonsiliasi yang berkeadilan. "Saya tidak sepakat untuk tidak menggiring ke pemilihan tertutup. Semua berkeluarga, jangan diolah-olah lagi. Kalau ada yang mau olah-olah, akan saya lawan. Saya akan lawan sampai titik darah penghabisan," ujarnya.

Mahyudin sepakat dengan enam kawan yang lain agar berjiwa besar, siap menang dan kalah. Menang kalah happy. "Jangan nanti kaya orang-orang bodoh yang baru belajar berpartai," ujarnya.

Sementara Priyo Budi Santoso menyatakan sejak semalam dirinya berkumpul bersama 6 kandidat lainnya. Dirinya mendapatkan informasi soal perebutan sistem pemilihan ketum. Informasi itu memang biasa tapi mengejutkan, di saat seluruh aturan main disiapkan dengan cara yang baik, demokrais. Dan semua caketum terlarang untuk ketemu konsolidasi dengan daerah karena aturan demikian.

"Saya memutuskan akhirnya untuk ikut bersama-sama, memberitahukan dan menunjukkan kepada DPD seluruh Indonesia, mohon hendaknya pada situasi menjaga model Munaslub yang hebat, bersih, trannsparan, sudah ada bagusnya mengikuti aturan main," ujarnya.

Setahu dirinya, 5 tahun memimpin DPR, memimpin MKGR, dalam banyak hal untuk memilih figur tidak pernah ada cerita dipilih secara terbuka. Pemilihan yang menyangkut orang per orang, itu sudah dari sananya terdesain dipilih secara tertuthp. Oleh karena itu, hendaknya apa yang dibikin secara susah payah hendaknya tetap memang lazim dilakukan bagi yang ingin demokrasi.

Dengan demikian, jika ada penggiringan tahap pemilihan ketum dengan terbuka, ini sudah tentu menyalahi pakem demokrasi yang coba ingin ditegakkan. Jangan aturan yang menciderai fairplay. "Untuk memastikan itu, saya ikut bersama-sama dengan 6 caketum, menyerukan ke semua DPD 1, marilah kita memberikan contoh yang baik. Biarkanlah suara DPD 2 bersukacita boleh memilih kami di antara berdelapan ini," ujarnya.

Sementara Azis Syamsuddin mengatakan, sebelumnya sudah lakukan musyawarah. "Setelah melakukan musyawarah, akhirnya kami bertujuh bersepakat untuk melalui mekanisme tertutup. Yang mana juga bersesuaian dengan AD/ART. "Kami sebagai caketum sepakat dan setuju siap kalah dan siap menang. Sepakat kami akan merangkul jajaran caketum untuk duduk dan bersama memikirkan Golkar menang di 2019. Ini akan kami tanda tangan secara bersama. Tentu ini kami lakukan secara objektif, tanpa ada paksaan, sesuai dengan amanah dan pedoman yang diberikan Ketum Ical, dan presiden yang menyatakann berlangsung secara demokrasi," ujarnya.

Sementara Syahrul Yasin Limpo mengancam akan mundur dari caketum bila melakukan pemilihan terbuka. "Karena semua proses dilalui ada rasa ketidakadilan. Tidak diperlakukan sama seperti lain. Senang atau tidak, kalau pemilihan tertutup itu tidak dilakukan. Kami tidak mau seperti itu. Jangan coba itu hanya untuk kepentingan jadi ketua umum. Ini sakit baru terjadi. Yang kedua, saya berani, kita sudah membangun tema Munaslub ini demokrasi, rekonsiliatif, transparan dan bersih dan seterusnya. Demokrasi asas utamanya adalah kebebasan dan itu tercermin dari seorang yang punya hak suara tanpa intimidasi untuk menentukan siapa yang harus dipilih," ujarnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya