Cukup,Jangan Ada Yy yang Lain

MI
09/5/2016 07:41
Cukup,Jangan Ada Yy yang Lain
(MI/Rommy Pujianto)

SAMBIL menggiring sepedanya, langkah Hendri Teja, 56, terhenti begitu melihat spanduk sepanjang 300 meter yang membentang di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

Begitu membaca kalimat #SolidaritasuntukYY tertulis di spanduk itu, tanpa pikir panjang ia pun membubuhkan tanda tangannya dengan menggunakan spidol yang telah tersedia.

"Ini bukan cuma tentang Yy, melainkan juga saudara dan teman-teman kita yang bisa saja sewaktu-waktu menjadi korban. Mudah-mudahan aksi ini bisa berdampak besar," ujarnya seusai membubuhkan tanda tangan.

Yy, 14, ialah korban kebiadaban 14 laki-laki, beberapa di antara mereka anak-anak, yang memperkosa dan membunuhnya. Nasib tragis siswi SMP di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, itulah yang kemudian memantik aksi solidaritas, termasuk yang digelar kemarin (Minggu, 8/5).

Tak hanya tanda tangan, banyak pula yang menuliskan seruan kepada pemerintah ataupun penegak hukum. "Hukum keras pelaku pelecehan seksual terhadap wanita. Cukup, jangan ada Yy yang lain," bunyi salah satu pesan yang digoreskan.

Aksi itu diselenggarakan serentak di 14 kota seperti Jakarta, Bandung, Palembang, Bengkulu, Balikpapan, dan Kendari.

Koordinator aksi, Grace Natalie, mengatakan aksi solidaritas itu diharapkan bisa menjadi pendorong bagi pemerintah segera menghasilkan kebijakan ataupun undang-undang untuk menekan angka kekerasan seksual di Indonesia.

Kasus Yy, ujar Grace, lebih dari sekadar permasalahan hukum. Terdapat aspek lainnya seperti permasalahan pendidikan seksual kepada anak hingga keterwakilan suara perempuan di parlemen.

Pendidikan seksualitas pada anak dipandang menjadi salah satu instrumen penting untuk mengontrol dan mengarahkan pengetahuan anak terhadap seks.

"Jika anak-anak tidak diajari hal tersebut, mereka cenderung mencari tahu dengan sembunyi-sembunyi sehingga berujung pada pornografi," tuturnya.

Psikolog perkembangan anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, juga meminta pemerintah membuat kurikulum khusus pendidikan seksualitas. Menurutnya, selama ini perempuan masih dianggap lebih rendah daripada pria sehingga kerap menjadi korban diskriminasi dan kekerasan.

"Kalau kita ajari mereka bagaimana bersikap terhadap lawan jenis, tentunya (pemerkosaan) tidak akan terjadi."

Secara terpisah, Mensos Khofifah Indar Parawansa mengatakan semua pihak harus disadarkan untuk menghidupkan warning system terhadap perlindungan anak dan perempuan.

Dalam kasus Yy, ia menilai tragedi itu tak lepas dari minuman keras dan pornografi karena pelaku sebelum berlaku biadab lebih dahulu menenggak miras dan menonton video porno. (Ric/Try/X-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya