Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
WARTAWAN Metro TV Dessy Fitriani merupakan salah satu orang yang mengikuti proses pembebasan 10 awak kapal tugbod Brahma 12 yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayaf di Filipina.
Kepada mediaindonesia.com, Dessy menceritakan detik-detik pembebasan sandera yang dilakukan di kawasan pesisir Pantai Parang, atau sekitar 45 menit perjalanan darat dari ibu kota Provinsi Sulu, Filipina ,
Proses pembebasan dimulai dengan negosiasi dimulai sejak sekitar pukul 6.30 waktu setempat, Minggu (1/5) pagi. Negosiasi dilakukan di kawasan perbukitan Indanan, sebelah barat Kota Jolo, Sulu.
Menurut Dessy, di sana satu anggota tim Yayasan Sukma dan dan tim mediator masyarakat Filipina bernegosiasi dengan pihak penyandera untuk membantu pembebasan 10 awak kapal tugbod Brahma 12.
"Pertemuan itu berlangsung sekitar satu jam. Terlihat sekitar 15 orang bersenjata lengkap mengawal pertemuan itu," kata Dessy.
Dessy mengatakan, salah seorang anggota kelompok bersenjata mengaku merasa bersaudara dengan tim negosiator. "Dia ingin membantu membebaskan masyarakat indonesia sebagai sesama muslim," kata Dessy mengutip pihak milisi bersenjata.
Pada negosiasi itu juga sempat dipertanyakan tentang keberadaan empat awak Kapal Hendry yang sejak 15 April 2016 ditangkap kelompok Abu Sayyaf di perairan Tawi Tawi.
Diperoleh informasi bahwa keempatnya berada di Kepulauan Sulu, di bawah kelompok Abu Sayyaf yang dipimpin Alden Bagadi. Namun keberadaan empat awak itu tidak diketahui secara pasti.
Satu jam kemudian, sekitar pukul 8 pagi, tim bergerak ke lokasi pertemuan sandera. Waktu tempuhnya sekitar 40 menit perjalanan darat.
Lokasi yang dituju termasuk dalam lokasi perang dengan koordinat 5 derajat, 58 menit 30 detik lintang utara, dan 120 derajat, 54 menit 5 detik , lintang selatan.
Patroli militer laut di kawasan perairan parang itu membuat rencana yang seharusnya berjalan cepat, tertunda hingga beberapa jam.
Di lokasi pertemuan, selain satu anggota tim Yayasan Sukma ada 15 sipil bersenjata berjaga jaga. Setelah hampir empat jam menunggu, pukul 12 siang datang seorang utusan yang mengabarkan agar mobil penjemput sandera mendekat ke bibir pantai.
Lalu pada pukul 12.15 waktu setempat, 10 awak Kapal Brahma 12 tiba di lokasi pertemuan. Proses penyerahan sandera itu hanya berlangsung kurang dari lima menit.
"Semua berjalan cepat untuk menghindari adanya pihak intelijen dan aparat keamanan Filipina. Para WNI yang baru dibebaskan langsung dibawa dengan truk kayu," cerita Dessy.
Kepada supir truk, tim Yayasan Sukma meminta untuk membawa sandera ke pom bensin di depan rumah Gubernur Sulu Sakrul Tan. Di sana, para WNI langsung diamankan untuk segera dibawa ke ke Zamboanga yang dinilai lebih aman.
Tiba di rumah Gubernur Sulu pada pukul 13.15, para sandera diajak gubernur untuk makan bersama. Sakrul Tan pun sempat menanyakan bagaimana kehidupan para WNI selama disandera dan bagaimana dengan makan mereka.
Seusai makan, para WNI dijemput komandan pasukan Filipina di Sulu dan dibawa ke markas mereka di Zamboanga untuk diinterograsi. Mereka berangkat dengan dua helikopter ke West Mindanao Comando (Wesmincom) di Zamboanga.
Di Zamboanga, reporter Metro TV Marializia melaporkan para WNI tiba di Wesmincom sekitar pukul 4 sore. Mereka lalu dimintai keterangan di mana mereka ditahan dan siapa saja yang menahan mereka.
Para sandera juga dicek kesehatan mereka sebelum diperbolehkan berangkatkan dengan pesawat khusus ke Jakarta. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved