Banyak Pihak Terlibat Pembebasan Sandera

Astri Novaria
02/5/2016 06:35
Banyak Pihak Terlibat Pembebasan Sandera
(Tim MI, Grafis MI--Caksono)

BERKAT kerja sama banyak pihak, 10 anak buah kapal (ABK) warga Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina sejak 26 Maret silam, bisa dibebaskan, Minggu (1/5).

Tim kemanusiaan Surya Paloh ikut andil dalam keberhasilan itu.

Kepastian dibebaskannya 10 ABK kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 itu disampaikan langsung Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, kemarin.

"Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah akhirnya 10 ABK WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata sejak 26 Maret 2016 lalu saat ini telah dibebaskan," ujarnya.

Presiden yang didampingi Mensesneg Pratikno, Menlu Retno Marsudi, dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menambahkan, banyak pihak yang bekerja sama dalam membebaskan 10 WNI.

Karena itu, ia menyampaikan terima kasih kepada seluruh anak bangsa yang membantu proses pembebasan, baik secara formal maupun informal.

Ucapan terima kasih juga dialamatkan kepada pemerintah Filipina.

"Saat ini kita masih terus bekerja keras untuk pembebasan 4 ABK lainnya."

Keempat WNI yang masih disandera itu ialah ABK kapal tunda TB Henry dan tongkang Christy.

Mereka diculik pada Jumat (15/4) saat dalam perjalanan dari Cebu, Filipina, ke Tarakan, Kalimantan Utara.

Ke depan, ucap Jokowi, akan dilakukan pertemuan antara otoritas Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk membahas keamanan di area perbatasan dan wilayah sekitar sehingga penyanderaan bisa dicegah.

Menlu Retno Marsudi menggarisbawahi pernyataan Presiden Jokowi bahwa upaya pembebasan terhadap 10 ABK asal Indonesia ialah buah dari diplomasi total.

Diplomasi itu tidak hanya terfokus pada komunikasi formal dengan diplomasi G to G (pemerintah dengan pemerintah), tetapi juga melibatkan komunikasi jaringan informal.

Hal yang sama diutarakan Panglima TNI, bahwa sejak awal pemerintah memprioritaskan keselamatan sandera.

"Kita ingat apa yang disampaikan Presiden, yakni mengutamakan keselamatan para sandera. Ini kata kunci. Menlu juga sampaikan dengan diplomasi total formal dan informal, di dalamnya ada TNI lewat operasi intelijen. Tidak lama lagi yang 4 (sandera) bisa dibebaskan, kembali dengan melakukan diplomasi total," tutur Jenderal Gatot.

Proses panjang

Salah satu pihak yang berperan dalam pembebasan 10 ABK asal Indonesia tersebut ialah tim kemanusiaan Surya Paloh.

Tim itu merupakan sinergi jaringan pendidikan Yayasan Sukma di bawah Ahmad Baedowi dan Media Group.

Partai NasDem lewat Ketua Fraksi Partai NasDem di DPR, Victor Laiskodat, dan anggota fraksi, Mayjen (Purn) Supiadin, juga ambil bagian.

Menurut Deputi Chairman Media Group Rerie L Moerdijat seperti dilaporkan wartawan Metro TV, Charles Meikyansah, dari Manila, Filipina, pembebasan ke-10 sandera dilakukan di Pantai Parang, Sulu, Mindanao, sekitar pukul 12.15 waktu setempat.

Proses pembebasan itu sudah diupayakan sejak 4 April lalu.

Jaringan Yayasan Sukma berdialog dengan tokoh masyarakat, LSM, dan lembaga kemanusian daerah Sulu yang punya akses langsung ke pihak Abu Sayyaf.

"Proses pembebasan berlangsung dinamis serta lancar karena Yayasan Sukma menggunakan pendekatan pendidikan. Jauh sebelumnya sudah ada kerja sama pendidikan antara Yayasan Sukma dan pemerintah otonomi Moro Selatan," jelas Rerie.

Menurut reporter Metro TV Desi Fitriani, yang mengikuti pembebasan sandera secara langsung, 4 jam setelah diserahkan kepada tim kemanusiaan Surya Paloh di Pantai Parang, para sandera dibawa ke rumah Gubernur Zulu untuk proses verifikasi, makan, serta ramah-tamah.

Setelah itu, mereka diterbangkan dari Zulu menuju Zamboanga menggunakan dua helikopter jenis UH-1H.

Dari Zamboanga, reporter Metro TV Marializia Hasni melaporkan para sandera tiba pukul 16.30 waktu setempat untuk kemudian menjalani pemeriksaan.

Setelah itu, pemerintah Filipina menyerahkan mereka kepada pihak Kedubes Indonesia dan perwakilan Partai NasDem, Victor Laiskodat.

Dari Zamboanga, ke-10 sandera lantas dipulangkan ke Tanah Air menggunakan pesawat khusus tim kemanusiaan Surya Paloh.

Mereka tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, tadi malam.

Bersyukur

Setelah sebulan lebih dihantui ketidakkepastian, keluarga para sandera bisa bernapas lega karena akhirnya orang-orang terkasih mereka bebas.

"Sebagai orang beragama, saya percaya Tuhan mendengar doa kami sekeluarga selama ini," kata Jemmy Repi, warga Kauditan, Minahasa Utara. Ia ialah ayah dari Alvian Elvis Repi, salah satu ABK Brahma 12.

Sukacita juga dirasakan Martje Vemmy Wowor, warga Tondano Utara, Minahasa. Ia tak henti mengucap syukur setelah sang suami, Julian Philip, akhirnya bebas.

Mansyur Halide, ayah Wawan Saputra, bersuka cita pula. Warga Manggala, Makassar, Sulsel, itu diberitahu kemarin sekitar pukul 16.50 Wita bahwa sang anak telah bebas.

Sutomo, orangtua Bayu Oktavianto, amat terharu saat menyaksikan televisi menyiarkan para sandera, termasuk anaknya, sedang makan di kediaman Gubernur Zulu.

"Bu anak kita kelihatan di TV," ucap Sutomo kepada sang istri, Rahayu di rumahnya di Delanggu, Klaten, Jateng. (VL/LN/JS/X-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya