Berlomba Kembalikan Kepercayaan Publik

Arif Hulwan
28/3/2016 06:30
Berlomba Kembalikan Kepercayaan Publik
()

MENJAMURNYA sejumlah gerakan relawan yang berani mendukung salah satu figur dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 disebabkan minimnya kerja partai politik, misalnya, dalam melakukan pembenahan internal dan menjalankan sistem kaderisasi yang baik.

"Gerakan relawan itu menjadi alternatif untuk mengatasi keterbatasan kinerja partai politik. Kenapa? Karena pengalaman sejauh ini membuktikan angka golput sangat tinggi dan fenomena pilkada lebih banyak didominasi kefiguran," ujar sosiolog politik UGM, Arie Sudjito.

Efektif atau tidaknya relawan juga sangat bergantung pada pola kerja dan sisi figur calon kepala daerah.

Itu sebabnya faktor cara kerja dan kefiguran harus bertemu, tidak bisa berbeda dan dipisahkan.

Relawan pun harus diletakkan dalam dua level, yakni sebagai pelaksana dukungan politik dan aktif citizen ketika kekuasaan sudah terbentuk.

Relawan tidak boleh menjerumuskan calonnya dengan sekadar mendukung tanpa aktif memberikan kendali nyata.

Setiap partai politik idealnya harus bisa berproses untuk menghimpun suara secara efektif dan mampu membangun kepercayaan masyarakat.

Namun, apabila pembenahan internal itu urung direalisasikan, pemilih otomatis akan meninggalkan parpol tersebut.

Sebagai contoh, kata Arie, pencalonan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok melalui jalur perseorangan dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta bisa menjadi momentum untuk menguji partai politik.

Ahok merupakan calon petahana yang dipandang sangat fenomenal dan memiliki daya tarik tersendiri sebagai figur.

Alhasil, dukungan pun tidak hanya mengalir dari relawan, tapi juga beberapa parpol ikut memberikan apresiasi serupa.

Fakta itu sebaiknya bisa dijadikan sebuah kritik bagi parpol ketimbang melontarkan asumsi yang menyebut Ahok telah melakukan upaya deparpolisasi.

Parpol selama ini punya kesempatan untuk memonopoli dukungan politik, tapi tidak pernah dilakukan dengan maksimal.

"Partai sudah diberi kesempatan yang begitu besar dan berulang kali, tapi tetap kedodoran. Itu dablek namanya. Banyak yang tidak efektif, contohnya pada pemilu legislatif yang hanya mengandalkan figur dan kerja kandidat anggota legislatif itu," lanjutnya.

Lebih efektif

Saat ini pola mobilisasi dan konsolidasi massa yang dilakukan lewat jalur pertemanan dalam kumpulan relawan lebih efektif dalam menjaring dukungan ketimbang melalui jalur parpol.

Parpol yang sering kali menunggu hingga menit akhir pun disebut akan makin tertinggal.

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf, mengatakan pola penggalangan relawan lebih berpeluang memunculkan inisiatif dari bawah. Pengikatnya ialah perkawanan.

"Sebagi institusi, parpol itu terikat birokrasi. Kalau relawan itu tidak terikat. Mereka mengandalkan hubungan personal, pertemanan. Ini jauh lebih ampuh daripada jalur (parpol) itu," ujarnya.

Ia mencontohkannya dengan kelompok relawan Teman Ahok.

Menurutnya, jaringan pertemanan dalam kelompok relawan itu terus meluaskan penggalangan dukungan bagi Ahok.

Dukungan yang menguat itu diuntungkan pula dengan mayoritas parpol yang masih berstrategi menunggu hingga menit akhir dalam memberikan dukungan mereka.

Sikap gamang parpol itu pun disebutnya telah mendorong kemunculan calon-calon independen lain yang hendak maju di pilkada DKI Jakarta.

Mereka kemudian meniru langkah Teman Ahok dengan mendirikan kelompok relawan masing-masing.

"Orang kan menginginkan kepastian. Ini kelemahan parpol. Apa yang mereka tunggu? Padahal, tak lama lagi batas pendaftaran. Para pemain ini masih saja menunggu di pinggir lapangan, padahal kick-off sebentar lagi. Sementara, yang independen sudah berseragam lengkap, pemanasan di tengah lapangan," papar Maswadi menganalogikan itu.

Terkait dengan ramainya dukungan terhadap Ahok, dia menyoroti adanya dua faktor utama.

Pertama, Ahok bukan tipe pemimpin dengan kultur pamong yang menyukai bertindak teratur dan bertutur yang baik-baik saja.

Ahok lebih menyukai terobosan.

Itu yang disukai pemilih kaum muda.

Jadi cambuk

Menjamurnya relawan jelang pilkada DKI Jakarta juga diakui Partai NasDem.

Hal itu menjadi cambuk bagi partai yang seharusnya menjadi naungan dan wadah masyarakat dalam mengusung kandidat kepala daerah.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengungkapkan saat ini rakyat pesimistis dan skeptis terhadap penyelenggara negara dan partai politik.

Kepercayaan itu pun mesti dipulihkan dengan sikap politik tanpa pamrih dan kejujuran pemimpin.

Ia menerangkan Partai NasDem ingin menguatkan tekad sebagai partai yang mewadahi aspirasi masyarakat sehingga partainya memutuskan mengikuti harapan masyarakat itu dengan mendukung Ahok.

"Mengapa NasDem mendukung Ahok. Jawabannya ada dua. Pertama, saya yakin Ahok tetaplah Ahok. Dia tidak akan berubah menjadi orang lain. Ahok yang saya kenal Ahok yang tegas, jujur, spontan, bekerja keras, tidak mau disuap. Karakter pemimpin itu ada semua dalam diri dia," katanya.

"Kedua karena kita menginginkan partisipasi publik timbul kembali. Masyarakat yang kembali yakin penyelenggara negara yang bersih dan tidak hadir karena pencitraan," tegas Surya.

Sekjen Partai Demokrat, Hinca Panjaitan, juga setuju kepercayaan publik terhadap partai politik menurun.

Hal itu dilihat dengan barometer menjamurnya relawan politik.

Itu sebabnya Demokrat segera melakukan terobosan dengan merangkul para relawan.

Ketua Komisi II dari Fraksi Partai Golkar, Rambe Kamarulzaman, menambahkan efektivitas relawan dalam menggalang dukungan sudah teruji ketimbang partai politik dalam aspek tertentu.

Namun, dua jalur itu bisa berjalan beriringan.

Relawan pun diminta tetap konsisten dengan spirit kerelaan mereka.

"Mungkin bisa, bahkan, lebih efektif. Tapi (dua jalur dukungan) ini bukan untuk dipertentangkan. Ikuti saja aturan mainnya. Aturan perundangannya kan masing-masing ada."

Ia pun tak keberatan jika kader partai menjadi bagian relawan.

Pihak parpol, katanya, tak bisa melarang siapa pun untuk jadi bagian tim relawan.

Namun, saat partai sudah memutuskan calon yang diusungnya, kader-kader yang jadi bagian relawan itu, secara etika, mesti kembali menjadi pendukung dari jalur parpol. (Cah/Gol/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya