Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Isu Kebangkitan PKI Sepi Peminat

Putra Ananda
01/10/2020 04:51
Isu Kebangkitan PKI Sepi Peminat
Ilustrasi -- Sejumlah warga menonton film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI di markas Kodim 1304 Gorontalo.(Antara/Adiwinata Solihin.)

MAYORITAS masyarakat Indonesia sudah tidak tertarik dengan isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia. Hal itu terpapar jelas dalam survei nasional yang dilakukan Saiful Mujani Research Center (SMRC).

Hasil survei yang dirilis, kemarin, menunjukkan bahwa sejak 2016 persentase warga yang percaya dengan isu kebangkitan PKI berada di kisaran 10% hingga 16%. Fenomena tersebut dipengaruhi pengetahuan masyarakat mengenai isu kebangkitan PKI di Indonesia.

“Dari 36% responden yang mengetahui isu kebangkitan PKI, hanya 14% yang setuju dengan kebenaran isu itu,” tutur Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas di Jakarta.

Mayoritas warga yakni 64% menyatakan tidak tahu atau tidak mendengar adanya kebangkitan PKI di Indonesia. Survei ini dilakukan pada 23 hingga 26 September 2020 dengan melibatkan 1.203 responden.

“Di kalangan yang tahu, itu pun mayoritas tidak percaya bahwa kebangkitan PKI memang terjadi. Hampir 61% menyatakan tidak percaya bahwa ada kebangkitan PKI (atau 22% dari populasi),” papar Sirojudin.

Dia menjelaskan, isu kebangkitan PKI selalu muncul setiap September. Hal ini menjadi salah satu alasan SMRC melakukan survei tentang seberapa banyak masyarakat yang memercayai isu itu. “Pertanyaan utamanya adalah seberapa banyak warga yang tahu tentang isu tersebut? Di antara yang tahu, seberapa banyak yang percaya dengan isu ini.”

Dari kalangan yang percaya bahwa memang ada isu kebangkitan PKI, dijelaskan Sirojudin, 79% respoden menyatakan kebangkitan PKI merupakan sebuah ancaman. Yang percaya belum menjadi ancaman hanya 13% dan yang tidak percaya menjadi ancaman 6%.

“Dari yang percaya bahwa kebangkitan PKI merupakan ancaman, 69% menganggap pemerintah kurang/tidak tegas atas ancaman tersebut. Adapun 30% merasa pemerintah sangat/cukup tegas,” terang Sirojudin.

Menariknya, imbuh dia, pembelahan masyarakat dalam Pilpres 2019 turut memengaruhi isu kebangkitan PKI. Isu ini lebih banyak diketahui kalangan pendukung Prabowo Subianto ketimbang pendukung Jokowi. “48% pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 mengetahui isu kebangkitan PKI, sedangkan hanya 29% pemilih Jokowi yang mengetahuinya.’’

Harus diakhiri

Pada kesempatan yang sama, budayawan Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis menyatakan G30S/PKI merupakan peristiwa yang kejam. Negara harus berani melakukan rekonsiliasi yang artinya mengakui kekejaman saat itu kepada keluarga korban.

“Kita harus berani mengakui bahwa kemudian terjadi hal-hal yang sama sekali di luar proporsi,” tuturnya.

Romo Magnis juga menyatakan negara harus tetap mela rang paham komunisme, termasuk semua organisasi seperti PKI. Isu kebangkitan
PKI pun harus segera diakhiri agar tidak kian menimbulkan polemik di masyarakat. Dia berpandangan pula bahwa tidak perlu ada lagi pemutaran film G30S/PKI yang lebih menampilkan kejahatan.

Di lain sisi, Ketua Departemen Sejarah Universitas Indonesia Abdurakhman menilai film G30S/PKI merupakan film pendidikan sehingga baik untuk menanamkan karakter kebangsaan.

Sebagai sejara wan, dia berpendapat sudah sela yak nya anak bangsa mengetahui kebenaran peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965.

‘’Apabila ada pihak-pihak yang mengartikan film tersebut tidak benar, dipersilakan membuat film versi lain, namun harus berdasarkan sumber-sumber sejarah atau fakta sejarah,’’ kata Abdurakhman. (Ant/X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya