Israel Harus Terus Ditekan

X-7
07/3/2016 12:00
Israel Harus Terus Ditekan
(MI/Ramdani)

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa (LB) Ke-5 Organi­sasi Kerja Sama Negara Islam (OKI) dibuka di Jakarta, kemarin, dan dijadwalkan di­tutup hari ini.

KTT secara khusus memba­has isu Palestina dan Al-Quds Al-Sharif atau Jerusalem. Da­lam KTT akan dicanangkan Deklarasi Jakarta dan re­solusi atas Palestina. Untuk mengetahui lebih jauh agen­da KTT dan peran pen­ting Indonesia dalam KTT tersebut, wartawan Media Indonesia Haufan Hasyim Salengke dan Yanurisa Ananta mewawancarai Menlu RI Retno LP Marsudi. Berikut petikannya.

Seberapa signifikan KTT LB OKI akan menyatukan langkah negara-negara anggota OKI menangani konflik Palestina-Israel terutama di Al-Quds Al-Sharif?
Tentu akan signifikan. Tema KTT LB Ke-5 OKI ini adalah United for a just solution. Ne­gara-negara anggota bersa­tu untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina yang sudah diupayakan lama sekali. Kita ingin mengangkat kembali isu Palestina ke radar internasional di tengah banyaknya persoalan Timur Tengah, mulai terorisme, konflik Yaman atau Suriah.

KTT ini sebelumnya akan berlangsung di Maroko. Namun, akhir tahun lalu karena ini pertemuan darurat sebelum KTT reguler OKI, Presiden Palestina Mahmoud Abbas me­minta secara langsung Indonesia untuk menjadi tuan ru­mah KTT.

Yang kita lakukan ini juga sesuai visi dan misi pemerintahan Presiden Joko Widodo. Di awal pemerintahannya dan beberapa kali mengampanyekan dukungan bagi Palestina.

Apa kendala proses negosiasi konflik Palestina dan Israel selama ini?
Politic willing dari Israel. Selama ini PBB telah mengeluarkan resolusi-resolusi. Namun, Israel kurang menghormati resolusi itu.

Perbatasan-perbatasan yang sudah disepakati dilanggar sehingga cakupan wilayah Israel menjadi lebih besar dan Palestina semakin terdesak. Selama ini resolusi-resolusi sudah dihasilkan di berbagai forum. Namun, resolusi tidak terlaksana.

Apa yang dibutuhkan untuk mendorong political willing Israel?
Tekanan. Israel harus dite­kan lebih banyak lagi oleh ne­ga­ra-negara internasional. Dari 137 negara yang menga­kui kemerdekaan Palestina di­­butuhkan lebih banyak negara lagi. Terus-menerus ditekan.

Berkibarnya bendera Palestina di luar Markas Besar PBB tahun lalu dan pengakuan dari beberapa negara merupakan hasil dari perjalanan negosiasi perdamai­an yang panjang. Tidak signifikan, tetapi yang penting kita harus fokus.

Hanya ada dua pilihan: kita melakukan sesuatu atau tidak melakukan apa pun. Kalau kita tidak melakukan apa pun, akan seperti ini saja, tidak akan ada perubahan.

Apakah ada perbedaan pendapat antara negara-negara anggota OKI?
Tentu perbedaan itu ada karena tiap-tiap negara anggota OKI memiliki kepentingan yang berbeda.

Bagaimana dua dokumen yang akan dihasilkan, itu akan menyelesaikan persoalan Palestina-Israel kalau tidak mengikat?
Pada setiap KTT, selalu ada resolusi-resolusi. Hasil resolusi selalu kita bawa ke forum-forum di berbagai kesempatan untuk dibahas. Dengan harapan konflik Palestina bisa mereda. Jadi, walaupun tidak mengikat, tetap saja hasilnya bisa dibawa ke forum-forum pembahasan Palestina-Israel dan menjadi pertimbangan.

Kenapa Kuartet Timur Tengah berhenti sejak Mei 2015?
Saya tidak mau fokus pada mengapa proses negosiasi itu terhenti. Yang terpenting, menurut saya, ialah apa yang harus kita lakukan ke depan karena persoalan ini masih membutuhkan perhatian.

Negara-negara Kuartet Timur Tengah turut kita undang di KTT LB OKI. Ini dilakukan agar tertanam di benak negara anggota Kuartet bagaimana posisi dan sikap OKI mengenai konflik Palestina.

Seberapa serius kondisi di Al-Quds Al-Sharif atau Jerusalem? Mungkin Anda bisa share data?
Dari aspek sejarah. Sekitar 75% dari penduduk Palestina tinggal dalam kondisi kemiskinan. Hanya 41% anak Palestina memiliki akses terhadap pendidikan. Belum lagi mereka warga Palestina hidup di bawah pendudukan Israel. Jadi, semua data yang saya sebutkan tadi menunjukkan bahwa memang situasi Palestina mengkhawatirkan.

Apa langkah yang diperlukan untuk mengatasi persoalan ini karena kita tahu persoalan Palestina ini sudah sangat lama?
Iya, ini memang sudah lama sekali. Nah, memang kita semua tahu bahwa masalah ini tidak memiliki kemajuan karena tidak ada political will dari Israel untuk menjalan atau menuntaskan semua resolusi PBB. Ya, harapan kita tentunya politik pemerintahan Israel itu ada.

Tapi kan untuk mendorong adanya political will dari Israel itu tentunya harus ada pressure dari negara-negara di dunia. Memang ada beberapa negara tertentu yang harus memberikan pressure lebih terhadap Israel.

Apa political will Israel untuk menjalankan resolusi-reslusi PBB itu belum ada?
Jadi, ketika ada yang bertanya kepada saya ngapain sih Indonesia kok mau jadi tuan rumah terhadap sebuah masalah yang sudah lama sekali, enggak kelar-kelar? Ya, saya selalu sampaikan bahwa meski ini hasilnya tidak terlalu signifikan, semuanya selesai, tetapi pasti ada perubahan atau kemajuan. Itu yang paling penting.

Bahwasanya 137 negara sudah mendukung dan mengakui Palestina, itu kan kemajuan yang luar bisa dan melalui proses yang panjang tadi. Berkibarnya bendera Palestina di luar Kantor PBB juga buah dari proses yang sangat panjang. Mudah-mudahan KTT ini dan saya yakin pertemuan puncak ini juga akan menambahkan isu-isu terkait perjuang­an kita untuk mendukung kemerdekaan Palestina. (X-7)




Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya