Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PENGAMAT Politik CSIS, Philips J Vermonte menilai pertarungan politik pada Pilkada DKI Jakarta belum dapat terlihat dengan jelas saat ini. Ia melihat sejauh ini pertarungan masih sehat, karena seluruh partai politik sedang mencari lawan seimbang untuk Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Masih jauh. Kalau memang nanti banyak calonnya ya itu bagus bisa memberi banyak alternatif bagi warga DKI Jakarta. Tapi harus dipastikan calon yang baik. Siapapun yang menang, warga DKI Jakarta yang untung," ujar Philips saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (28/2).
Sementara, survei pra Pilkada CSIS yang dirilis pada 25 Januari 2016 lalu adalah bertujuan agar publik bisa memilih calon kepala daerah yang diinginkannya dengan kepala dingin sejak awal. Sebab, menurutnya, pengalaman Pilkada DKI Jakarta pada 2012 lalu kurang ideal waktu kampanyenya.
"Karena yang muncul malah soal SARA dan fitnah. Ini bisa terulang kalau waktu kampanyenya pendek. Cara jalan pintas itu yang bisa dilakukan oleh partai politik untuk memobilitasi pendukung dan pemilih lewat isu-isu primordiaisme," paparnya.
Ia mengatakan jika waktu kampanyenya panjang, maka bisa digunakan untuk calon kepala daerah untuk bisa menyampaikan program-programnya secara demokratis, sehingga pemilih bisa menilai sampai hari H pemungutan suara nanti.
"Selain itu, survei kita diawal tahun adalah ingin mendorong partai politik bisa mencalonkan nama sejak awal. Sehingga publik bisa melihat dan memilih dengan kepala dingin. Kalau hal ini tidak dilakukan oleh partai politik, ya nanti dihukum sendiri oleh publik. Kita bisa melihat kualitas calon yang diusung partai politik, bagaimana mereka memilih figur yang baik," jelasnya.
Adapun, Ahok masih tetap menduduki calon paling popler dibanding kandidat lain untuk Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 mendatang. Survei itu dilakukan CSIS pada tanggal 5 - 10 Januari lalu dengan jumlah responden 400 warga Jakarta.
Lebih lanjut, kata Philips, karakter pemimpin yang pas untuk warga DKI Jakarta bukan berada pada level apakah orang yang bersangkutan keras ataupun lembut (pembawaannya). Menurutnya, yang dicari oleh warga DKI Jakarta adalah sosok pemimpin yang otentik.
"Bukan karena dia keras atau lembut (pembawaannya) tetapi yang dicari adalah pemimpin yang otentik. Misalnya, Jokowi yang senang blusukan, ini kan tidak bisa ditiru oleh kepala daerah lain. Orang senang dengan pembawaannya yang kalem tetapi ternyata waktu Jokowi digantikan oleh Ahok dengan gaya berbeda, tetap saja disukai orang. Artinya bukan soal karakternya yang keras atau tidak,. Galak tidak apa-apa, yang penting otentik, bukan genuine" paparnya.
Selain itu, sambung dia, yang dilihat oleh warga DKI Jakarta adalah track record dari calon kepala daerah tersebut, terutama dari sisi pelayanan publiknya. Ia memberi contoh pada Ahok sebagai petahana, bahwa banyak orang yang enilai Ahok berhasil membuat pelayanan birokrasi seperti di Kelurahan cepat, ada upaya untuk mengembalikan fungsi daerah hijau, pemda yang transparan, budget online dan lainnya.
"Ingat, partai politik era Otonomi Daerah (Otda) secara langsung kekuatan power berada di tangan pemilih. Maka itu, parpol harus memastikan untuk mencalonkan nama yang baik. Karena publik bisa segera tahu apakah parpol tersebut serius membangun daerah tersebut atau sebaliknya," terangnya. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved