Pacu Konsumsi Biodiesel Selamatkan Anggaran

Nuriman Jayabuana
16/2/2016 09:30
Pacu Konsumsi Biodiesel Selamatkan Anggaran
()

NERACA perdagangan Indonesia pada awal 2016 mencatatkan surplus US$50,6 juta. Akan tetapi, pemerintah perlu mewaspadai defisit ekspor-impor di sektor migas.

Pasalnya, selama Januari lalu defisit ekspor-impor migas mencapai US$113,9 juta dengan rincian nilai ekspor migas sebesar US$1,11 miliar sedangkan impor migas mencapai US$1,22 miliar (lihat grafik).

“Hal ini menunjukkan kebutuhan minyak kita tumbuh teramat pesat. Oleh karena itu, ke depan pemerintah harus meningkatkan konversi BBM ke biofuel,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin kepada wartawan di Jakarta, Senin (15/2/2016).

Di sisi lain, ekspor-impor hasil minyak Indonesia pun mengalami defisit cukup lebar, yakni US$599 juta. Padahal, volume impor minyak mentah mengalami penurunan 16,34% selama Januari. Indonesia hanya membukukan surplus US$522,5 juta pada ekspor-impor gas.

Ekonom Indef Dzulfian Syafrian menilai penurunan ekspor-impor migas merupakan dampak konkret dari merosotnya harga minyak dunia.

“Anjlok sampai kurang dari US$30 per barel itu terendah dalam satu dekade terakhir. Jadi, nilai ekspor-impor migas pasti turun. Volume ekspor-impornya tidak berubah signifikan,” ujar Dzulfian.

Menurut Dzulfian, kondisi tersebut harus dimanfaatkan Indonesia yang masih mengimpor minyak. “Selain bisa membantu stabilisasi rupiah, penurunan harga minyak merupakan insentif bagi dunia usaha karena ongkos produksi menjadi lebih rendah.”

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan peningkatan impor migas sudah terjadi pada bulan-bulan sebelumnya untuk menambah cadangan minyak di dalam negeri. “Saya pikir volume impor minyak mentah masih akan tinggi karena harganya sedang murah, tetapi nilainya yang menurun.”

Pengurangan impor migas, lanjut Sasmito, sulit dilakukan selama belum ada terobosan tepat untuk mengimbangi konsumsi bahan bakar di dalam negeri. “Saya yakin penggunaan biofuel mampu menahan peningkatan volume impor minyak mentah.”

Pemerintah kini masih menggodok pemakaian biodiesel untuk menekan impor BBM melalui program B-20 (bauran minyak sawit mentah sebesar 20% ke dalam solar). Langkah tersebut diyakini dapat mengurangi impor BBM secara signifikan.

Kilang mini
Untuk melepaskan dari ketergantungan impor BBM, pemerintah berencana membangun kilang mini di beberapa titik penghasil minyak. Dengan konsep itu, menurut Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Agus Cahyo Adi, pihaknya dapat menurunkan biaya produksi.

“Satu kilang mini menelan biaya US$200 juta dengan waktu pengerjaan 18 bulan. Kilang yang bersifat bongkar pasang tersebut hanya dipakai untuk memproduksi solar. Jadi, jika produksi di suatu sumur habis, dapat dipindah ke tempat lain.”

Menurut rencana, pemerintah membangun delapan cluster kilang mini di Sumatra Utara, Selat Panjang Malaka, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Maluku. Kriteria cluster tersebut untuk sumur dengan produksi di kisaran 10 ribu barel per hari. (Wan/X-4)

nuriman@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya