Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEJAK kerusuhan pada 21 dan 22 Mei 2019, ketegangan di masyarakat akibat pemilu dianggap mulai menurun. Meski hingga saat ini proses di Mahkamah Konstitusi masih berlangsung, tidak ada ketegangan berarti yang mengarah pada kerusuhan.
Pakar psikologi politik, Irfan Aulia, mengatakan bahwa kalau melihat kondisinya saat ini, masyarakat cenderung sudah lelah dengan berbagai drama dan ketegangan akibat pemilu, khususnya Pilpres. Kemarahan mereka telah tertumpahkan pada peristiwa kerusuhan bulan Mei lalu.
Baca juga: Saksi tak Meyakinkan, TKN Yakin Menang di MK
“Tensi politik mereda karena memang sudah luka, mereka tidak akan lagi bergerak-gerak. Yang paling parah sudah lewat 22 Mei. Publik marah sekali tapi kemudian mereda,” ujar Irfan, dalam diskusi Polemik MNC Trijaya, di De Consulate, Jakarta, Sabtu (22/6).
Meski begitu, Ifran mengatakan, bahwa potensi ketegangan tetap masih ada. Setidaknya, sampai Oktober mendatang ketika presiden baru dilantik, khususnya di dunia maya.
Untuk saat ini, ketegangan memang cenderung menurun. Namun, menurunnya tensi tersebut masih belum terlihat signifikan di dunia maya. Polarisasi masih terlihat jelas di dunia maya, meski di kehidupan nyata juga belum sepenuhnya menghilang.
“Di dunia maya itu akan punya pengaruh kalau ceritanya lama dan panjang waktunya. Untuk pemilu ini jedanya panjang dari mulai sebelum April sampai Oktober nanti, jadi mau tidak mau akan terus ada informasi beragam soal pemilu dan pilpres yang mekicu ketegangan,” ujar Irfan.
Ia mengatakan, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meredam ketegangan dan polarisasi yang efektif ialah bila aktor-aktor politik berhenti menampilkan drama-drama dan pertikaian politik di depan publik. Dengan begitu, publik akan dapat mendapat kesan damai dan tentram.
“Itu sampai sekarang belum berhenti, itu yang merusak,” ujar Irfan. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved