Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SITUASI demokrasi yang digadang-gadang mampu menjadi benteng dalam mengatasi persoalan sosial politik, sejauh ini justru masih sebatas pentas keriuhan dan kegaduhan semata. Perlu ada eksponen gerakan kelembagaan untuk kembali menghidupkan cara-cara berdemokrasi yang produktif, menyenangkan, dan menyegarkan.
Direktur Suropati Syndicate Muhammad Sujahri mengungkapkan hal tersebut pada peluncuran Suropati Syndicate di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, tadi malam.
“Faktanya informasi yang muncul dan diterima masyarakat lebih banyak yang cuma menimbulkan kericuhan. Kita butuh dialog yang sifatnya ilmiah ketimbang menjejali masyarakat dengan berita hoax,” ujar Sujahri.
Ia pun melihat kehadiran lembaga-lembaga independen yang bebas intervensi sangat penting untuk dapat menjadikan dialog sebagai jalan utama. Sebagai contoh, Suropati Syndicate terbentuk tanpa adanya unsur kepentingan dari pihak atau golongan mana pun.
Menurut Sujahri, wadah perkumpulan tersebut didedikasikan demi kepentingan kemanusiaan, kemajuan peradaban, dan nilai-nilai keadilan. Harapannya, masyarakat akan terbebas dari kepungan kebodohan akibat situasi demokrasi yang tidak keruan.
Hadir pada kesempatan yang sama, mantan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said. Seraya menjelaskan isi bukunya yang berjudul Berpihak pada Kewajaran, ia mengakui masih ada kegelisah-an di era demokrasi saat ini.
“Belakangan ini makin banyak kejadian yang kalau coba disinkronkan dengan akal sehat menjadi kurang padan. Kita harus mengetuk hati para politikus kita agar berpihak pada kewajaran,” ungkapnya.
Lebih detail, jelas Sudirman, ada tujuh dosa sosial yang patut menjadi perhatian, yaitu hal-hal yang diperoleh dengan gampang tanpa bekerja, kesenangan yang tidak disertai kesadaran, dan banyak ilmu tapi tidak memiliki integritas atau karakter. Kemudian, perniagaan yang tidak disertai moral, ilmu tanpa dasar kemanusiaan, dan beragama tapi tidak saleh secara sosial.
“Yang terakhir dan ini yang paling bahaya dan merusak diri kita sendiri. Politics is politics,” cetusnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam kunjungan ke Tasikmalaya, Jawa Barat, mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia memang berbeda-beda, baik secara agama dan keyakinan, suku, bahasa, maupun budaya. Namun, sampai kapan pun, Indonesia tetaplah satu dalam persaudaraan. Itulah anugerah yang harus dijaga sebagai kekuatan besar bangsa.
“Jangan sampai ada saling menyalahkan, saling mencemooh, saling memfitnah, dan saling menjelekkan. Itu bukan budaya bangsa Indonesia yang penuh dengan nilai kesantunan dan kesopanan,” kata Presiden seusai melaksanakan salat Jumat di Masjid Agung Tasikmalaya, Jumat (9/6). (Mut/Pol/P-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved