SARA tidak Mempan di Pilkada Jabar

Golda Eksa
07/6/2017 05:57
SARA tidak Mempan di Pilkada Jabar
(Grafis/Caksono)

ISU suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang mewarnai pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu diprediksi tidak akan memengaruhi peta kekuatan para calon gubernur di Pilkada Jawa Barat 2018 ataupun Pilpres 2019.

“Upaya-upaya untuk membangkitkan politik identitas itu bukan mustahil dan isu-isu SARA akan dipakai lagi di Jabar. Namun, sejauh ini kalau dilihat hasil survei di Jabar pascapilkada Jakarta, hal itu belum memengaruhi peta kekuatan para calon gubernur dan presiden,” papar Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari ketika dihubungi, tadi malam.

Meski isu SARA kelak dite­rapkan di Jabar, menurut Qodari, efektivitasnya dapat dipastikan akan jauh di bawah Jakarta. Apalagi, sejauh ini, para kandidat yang mungkin bakal bertarung pada pilkada Jabar belum terlihat memiliki karakter kontroversial, seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

“Kontroversial itu, misalnya, dipengaruhi latar belakang demografi dan sosio­logisnya. Apalagi di pilkada Jabar kalau dilihat, para kandidat sama-sama (beragama) Islam,” terang dia.

Namun, tambah Qodari, dugaan isu SARA yang berpotensi muncul terkait dengan suku, yakni Sunda dan bukan Sunda. Meski demikian, isu kesukuan pun diprediksi tidak akan berkembang menjadi hal sensitif seperti yang terjadi di Jakarta.

Sebelumnya, Ridwan Kamil digoyang isu disokong oleh partai pendukung penista agama.

Tiga nama
Indo Barometer merilis hasil survei nama-nama potensial yang maju di Pilgub Jabar 2018 di Kota Bandung, kemarin. Dalam rilis hasil survei tersebut, Indo Baro­meter menghadirkan perwakilan dari setiap partai yang akan berkontestasi di Pilkada Jabar 2018.

Menurut survei tersebut, Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi dipersepsikan responden penelitian sebagai tiga nama teratas yang bersaing ketat memperebutkan posisi Jabar-1 (lihat grafik).

“Dalam survei, kami memunculkan 16 nama. Namun, yang menunjukkan peningkatan baik elektabilitas maupun popularitas ada di tiga nama tersebut,” kata M Qodari dalam pemaparannya.

Dari survei yang dilaksanakan di 27 kabupaten/kota, res­ponden memilih pemimpin dengan kriteria berwibawa (13%), dekat dengan rakyat (12,3%), pintar (11,5%), berkinerja bagus (9,4%), dan berpengalaman (8,5%).
Saat menanggapi hasil survei, Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham mengatakan nama Dedi Mulyadi sudah masuk tiga besar. “Prioritas kami ingin mendorong kader terbaik,” cetus Idrus.

Wakil Ketua Umum PPP Arwani Thomafi yang juga hadir dalam kesempatan itu mengungkapkan, berdasarkan jumlah kursi legislatif PPP di Jabar, peluang besar yang dimiliki PPP ialah mengajukan nama calon wakil gubernur.

“Target PPP dengan sembilan kursi tentu lebih realistis fokus pada kursi wakil gubernur. Kalau Golkar yang 17 kursi pasti mengincar posisi gubernur,” kata Arwani.

Pada kesempatan sama, politikus PKB Maman Ima­nulhaq mengaku PKB juga mengincar kursi wakil gubernur. Alasannya pun sama, yakni perolehan tujuh kursi di DPRD Jabar yang tidak memadai untuk mengajukan calon gubernur.

Anggota Komisi VIII DPR itu menyebutkan PKB sudah menjalin komunikasi dengan sejumlah parpol lain. (BU/BY/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya