Geng Motor Perlu Penanganan Bersama

AKSI geng motor yang meresahkan masyarakat tidak hanya terjadi di Ibu Kota. Polri menilai fenomena yang melanda berbagai daerah di Nusantara itu harus ditangani lintas stakeholder.

“Ini bukan hanya polisi yang tanggung jawab. Keluarga, sekolah, dan masyarakat juga,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto kepada Media Indonesia, kemarin.

Meski anggota geng motor kebanyakan anak di bawah umur, Setyo memastikan mereka tetap ditindak secara tegas dengan menggunakan hukum acara khusus.

Sejauh ini Polda Metro Jaya sudah menangkap 28 anggota geng motor dan mendata ada 20 geng motor di Jabodetabek. Di Jawa Barat dan Jawa Timur, sejumlah polres mengintensifkan patroli.

Di Pasuruan, aksi geng motor tidak hanya ditangani polisi. Bupati Pasuruan M Irsyad Yusuf mengaku melakukan pendekatan dengan para ulama dan tokoh masyarakat untuk mengatasi masalah ini.

“Karakteristik Kabupaten Pasuruan beda dengan daerah lain, makanya diperlukan cara yang lain. Mereka (tokoh masyarakat) ini yang mampu memberikan pemahaman kepada pelaku tindak kekerasan, baik geng motor, begal, maupun kelompok yang melakukan kekerasan persekusi,” paparnya.

Di Kabupaten Cianjur, aksi geng motor merambah perampokan. Enam orang yang diduga anggota geng motor merampok supermarket di Kecamatan Cibeber. “Tindakan kriminal akan kami tindak tegas,” kata Kasatreskrim Polres Cianjur AK Benny Cahyadi.

Di Tasikmalaya, polisi membentuk satgas geng motor dan rutin menggelar patroli biru. Tahun lalu, aksi geng motor di Tasikmalaya terkenal marak diwarnai perang antargeng.

“Tahun ini (kasus) memang turun, tapi pencegahan tetap pengawasan oleh tiap polsek, patroli oleh Sabhara bersama polisi santri dan Dai Kamtibmas,” kata Kabag Ops Polres Tasikmalaya Komisaris Gandi Jukardi. (Nic/Mal/AD/BB/BK/AB/J-4)