Mari Rajut lagi Keberagaman

Putri Rosmalia Octaviyani
04/6/2017 05:58
Mari Rajut lagi Keberagaman
(Acara Pekan Pancasila Saya Indonesia Saya Pancasila digelar di Jakarta, Sabtu (5/6) yang bertujuan meningkatkan kepedulian kaum muda terhadap nilai-nilai luhur Pancasila. -- MI/Adam Dwi)

PULUHAN perempuan. Beragam profesi. Satu keprihatinan. Mereka yang bersatu dalam Gerakan Perempuan Indonesia itu sadar bahwa imbas pilkada DKl telah menorehkan luka tidak saja bagi warga Jakarta, tetapi seluruh rakyat Indonesia. Luka yang bahkan nyaris mengoyak-ngoyak kemajemukan bangsa ini.

“Kami ingin seluruh rakyat menjahit kembali, merawat, dan memperkuat sifat-sifat dasar bangsa Indonesia yang toleran, sa­ling menghormati, gotong royong, mu­sya­warah dan mufakat,” kata Emmy Hafild, salah seorang penggagas Gerakan Kebangkitan Nasional Jilid ll, di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, kemarin.

Mengapa mereka menyebutnya Gerakan Kebangkitan Nasional Jilid II? Menurut Emmy, mereka perlu memosisikan kembali pilar kebangsaan dalam konteks kekinian. Lewat deklarasi yang diisi dengan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, pertunjukan tari dan musik, serta pembacaan doa lintas agama, Emmy dan kawan-kawan berharap dapat menyegarkan kembali rasa nasionalisme, persatuan, dan keindonesiaan seluruh warga negara.

“Kita harus maju sebagai bangsa beradab, lalu menguatkan falsafah Bhinneka Tunggal Ika. Kami menyerukan agar isu SARA tidak lagi menjadi alat untuk memenangi pilkada. Kami pun menagih komitmen partai dan organisasi massa untuk tidak memakai isu SARA dalam mencapai tujuan dan menghormati hak asasi seluruh kelompok masyarakat,” ujar Emmy.

Pembacaan enam poin deklarasi yang terkait penguatan persatuan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila tersebut dihadiri sejumlah tokoh perempuan dari berbagai kalangan, seperti antropolog Kartini Syahrir, pegiat pendidikan Henny Supolo, aktivis pemberdayaan perempuan sekaligus pendiri Komnas Perempuan Saparinah Sadli, Virgie Baker, dan Isyana Bagoes Oka.

Emmy memastikan gerakan mereka tidak berhenti pada deklarasi. Mereka akan membangun jejaring dan dialog lintas suku, agama, ras, dan antargolongan untuk menepis perpecahan seperti saat ini.

Bagi aktivis perempuan, Neng Dara Afifah, semua warga bangsa mesti menyadari Indonesia amat­lah beragam, tetapi harus dapat berjalan seiring. “Bukan menolak satu sama lain. Kalau belakangan ini terasa suasana kebatinan bangsa terpecah perlu upaya serius untuk memperbaikinya dengan mengakui keberagaman.”

Pancasila saat ini, lanjut Neng Dara, mengalami penurunan pembatinan karena ada usaha untuk meninggalkannya. “Pancasila tidak bertentangan dengan nilai agama apa pun, lokalitas mana pun, dan kebudayaan mana pun.”

Dari Malang, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh lapisan masyarakat kembali kepada jati diri sebagai bangsa yang besar, kekuatan negara yang besar, etos kerja, dan etika kesopanan yang tinggi.

“Selama enam hingga delapan bulan terakhir energi dan pikiran habis untuk hal-hal tidak perlu. Kita saling mencela dan saling menghujat. Kini ada tiga hal penting yang harus diselesaikan, yakni semangat keagamaan. Agama di Indonesia diberikan ruang seluas-luasnya oleh negara untuk membangun semangat ukhuwah menuju kebaikan. Kedua, masalah pendidikan untuk membangun kualitas sumber daya manusia di era persaingan yang kompetitif. Ketiga, bagaimana nilai-nilai persaudaraan dimaknai sebagai semangat ukhuwah,” ungkap Jokowi ketika membuka kajian Ramadan di Universitas Muhammadiyah Malang, kemarin.

Pemuda-pemudi dari beragam latar belakang mulai seniman dan warga biasa kemarin juga tidak mau ketinggalan menggaungkan kembali semangat Pancasila di Mal Citos, Jakarta Selatan. Mereka mengusung tema We The Nation: Saya Indonesia, Saya Pancasila dengan mengenakan baju merah putih.

Menpora Imam Nahrawi yang hadir bersama Menaker Hanif Dhakiri dan Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan nilai Pancasila semakin terkikis akhir-akhir ini karena banyak hal yang terjadi.

“Anak muda menyelenggarakan ini di saat situasi mengkhawatirkan, tetapi semua hadir untuk membumikan Pancasila sebagai fondasi yang harus dijaga. Pancasila mulai dihormati di dunia, tetapi kenapa kita tidak menghormatinya?” tandas Menpora.

Acara We The Nation didukung artis-artis dan seniman seperti Kevin Aprilio, Chandil, dan Band Coklat. Selain menampilkan musik dan komedi, acara tersebut juga menggelar dialog. (Ind/BN/Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya