Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
UPAYA pemerintah untuk memantapkan ideologi Pancasila dengan membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dinilai sebagai langkah positif.
Namun, yang terpenting bukan bentuknya, melainkan pengoperasiannya di lapangan.
"Saya pikir itu sebuah jawaban dari kecemasan yang dirasakan masyarakat Indonesia. Itu sangat bagus, tetapi sekarang tinggal bagaimana mengoperasikannya dengan baik," kata mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko dalam diskusi bertajuk Pancasila: Tantangan dan Penantangnya di Era Milenia, di Kampus UI Salemba, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, materi yang disampaikan unit kerja nantinya harus ditransformasikan dengan menggunakan kurikulum yang mempertimbangkan kearifan lokal.
Dia yakin pola yang akan diterapkan berbeda dengan P4 di era Orde Baru.
Yang penting, metode pelaksanaannya harus tepat sasaran.
Pasalnya, cara untuk menjawab hal tersebut harus dengan pelaksanaan yang jelas, apakah untuk perguruan tinggi, sekolah, perusahaan, PNS, atau pesantren.
"Jangan lagi melakukan pe-nguatan seperti ketika P4, tetapi bisa saja dalam bentuk yang lebih sesuai dengan generasi muda saat ini. Intinya, bagaimana kemasannya agar bisa diterima anak muda," tukasnya.
Peneliti senior LIPI, Mochtar Pabottingi, berpandangan bahwa saat ini bukan waktunya untuk menyosialisasikan Pancasila sebagaimana era Orba melalui P4.
Jika pemerintah tetap menjalankannya, akan terjebak dalam involusi diskursus ideologi yang tidak ada habisnya, tanpa menyentuh persoalan utamanya.
"Untuk apa itu dilakukan lagi? Seharusnya yang dilakukan ialah bagaimana semua departemen mengoperasionalkan Pancasila. Tidak perlu lagi sosialisasi seperti dulu. Masalah kita terletak pada operasionalisasi nilai-nilai Pancasila. Jangan kembali lagi ke tataran wacana," terang Mochtar.
Pemuda jadi kunci
Generasi muda yang sadar dan mau memaknai nilai-nilai Pancasila menjadi kunci penyelamatan bangsa di tengah merebaknya intoleransi.
"Sekian tahun berlalu sejak kelahirannya, kini Pancasila sedang diuji. Ini yang harus dihadapi secara arif agar bangsa ini tidak terpecah," ujar Kepala Pusat Kajian Pancasila Universitas Gadjah Mada, Heri Santoso, dalam dialog di Gedung Pancasila, Jakarta, kemarin.
Heri mengatakan, akibat hal itu, banyak kalangan yang merasa gelisah.
Masyarakat sesungguhnya tengah diuji kemampuan dan kemauan untuk mempertahankan Pancasila.
"Kalau dulu zaman penjajahan, musuhnya jelas. Saat ini tidak jelas dan lebih sulit diatasi karena merupakan bagian dari bangsa sendiri," katanya.
Penguatan nilai Pancasila di kalangan generasi muda dianggap menjadi modal utama untuk menjaga Indonesia sesuai dengan apa yang telah dibangun pejuang terdahulu.
Melindungi generasi muda dari pengaruh pikiran dan paham non-Pancasilais semakin mendesak untuk dilakukan.
Tokoh muda yang bergerak mendukung Pancasila, Afi Nihaya Faradisa, dalam sebuah diskusi di Kantor Partai Solidaritas Indonesia, mengatakan apa yang terjadi saat ini merupakan potret buram.
Banyak kalangan tidak menghargai apa yang telah diperjuangkan pendiri bangsa. (Pro/P-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved