Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
RAMADAN bisa menjadi momentum bagi pemerintah untuk menyatukan visi, semangat, dan gotong royong dalam mewujudkan pemerataan ekonomi yang berkeadilan.
Presiden Jokowi mengatakan kebersamaan di antara pimpinan lembaga negara sangat penting, selain meningkatkan kerja sama, juga untuk mempercepat terwujudnya keadilan sosial.
“Marilah kita di bulan suci ini memperkuat kekompakan, memperkuat kerja sama. Tahun ini kita memulai ibadah puasa disertai dengan duka yang mendalam atas jatuhnya korban akibat aksi teror di Kampung Melayu pada Rabu lalu,” ujar Jokowi dalam acara buka puasa bersama dengan pimpinan lembaga tinggi negara, di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Karena itu, Presiden meminta semua elemen bangsa wajib bersatu untuk menciptakan stabilitas keamanan di negeri ini. Acara diawali pembacaan ayat suci Alquran Surah Ali Imran ayat 103 oleh Masrur Ikhwan dan ceramah bertema Kesadaran Ramadan meningkatkan kesadaran berbangsa, yang disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Hadir dalam acara itu, antara lain, Wapres Jusuf Kalla, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Setya Novanto, Ketua DPD Oesman Sapta Odang, dan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Menteri yang hadir mendampingi Presiden, di antaranya, Menko Polhukam Wiranto, Menko PMK Puan Maharani, Mensesneg Pratikno, dan Seskab Pramono Anung.
Pada kesempatan terpisah, Jusuf Kalla meminta Polri menindak tegas pelaku persekusi (pemburuan sewenang-wenang terhadap individu atau warga sipil) oleh ormas tertentu. Menurutnya, Polri harus melindungi setiap warga negara dari segala tindakan melawan hukum.
“Sudah diperintahkan polisi untuk mencegah itu. Kan (persekusi) dilarang, dan ya bagaimanapun polisi harus tegas,” tegasnya.
Sebelumnya, Southeast Asia Freedom of Expression Network (Safenet) mencatat sejumlah tindakan persekusi oleh salah satu ormas keagamaan di berbagai daerah di Indonesia. Aksi-aksi persekusi, menurut Safenet, sebagai ‘efek Ahok’ karena muncul setelah kasus penodaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur nonaktif DKI Jakarta itu.
Menurut riset Safenet, persekusi telah menimpa sekitar 40 orang di Indonesia, di antaranya seorang dokter di Solok, Sumatra Barat, dan pengusaha perempuan di Tangerang, Banten.
Hijrah ke Jakarta
“Kita baru datang (di Jakarta) semalam (Senin, 29/5), memulihkan dululah keadaan kita,” kata Yudi Prasetyo, suami dokter Fiera Lovita, saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.
Yudi mengungkapkan dia dan istri beserta dua anak mereka terbang dari Bandara Internasional Minangkabau, Kabupaten Padangpariaman, Sumatra Barat, Senin sore dengan dikawal dua pemuda Banser. “Kita hanya ingin menenangkan diri saja. Belum tahu sampai kapan di Jakarta,” ucap Yudi.
Pada 19-21 Mei 2017, Fiera mengunggah status di akun Facebook-nya, antara lain, “Kalau tidak salah, kenapa kabur? Toh ada 300 pengacara n 7 juta ummat yg siap mendampingimu, jgn run away lg dunk bib.” Berkenaan dengan itu, Fiera berulang kali mendapat intimidasi dari kelompok pemuda yang diduga Front Pembela Islam (FPI) Solok. Ia telah menghapus statusnya dan menyampaikan permintaan maaf. Pihak Polresta Solok pun menyatakan kasus Fiera telah selesai, berakhir dengan perdamaian. (Dio/YH/P-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved