Sosialisasi Humanis Lawan Primordialisme

Nur/P-1
17/5/2017 06:26
Sosialisasi Humanis Lawan Primordialisme
(Wakil Ketua MPR, Mahyudin -- MI/Palce Amalo)

PAHAM kebangsaan mendapatkan tantangan keras dari masih kuatnya rasa kedaerah­an, primordialisme, dan kesukuan. Fanatisme berbasis SARA yang memecahkan bangsa ini diharapkan akan lebih mudah digerus dengan menggunakan sosialisasi yang human.

Wakil Ketua MPR Mahyudin mengatakan sosialisasi empat pilar yang dilakukan MPR ialah sebagai langkah untuk merespons tantangan kebangsaan. Meski begitu, ia mengakui memang sosialisasi yang dilakukan MPR masih menggunakan cara-cara lama.

“Masih menggunakan cara lama, sosialisasi, bikin outbond, ToT (training on trainer), cerdas cermat,” imbuhnya.

Untuk itu, MPR ke depannya perlu melakukan sosialisasi empat pilar dengan terobosan baru. Apalagi, di era digital sekarang sosialisasi perlu dilakukan dengan pendekatan yang lebih human.

“Sekarang kan trennya dunia semakin modern, anak muda mainnya di media sosial, tentu MPR juga harus melakukan terobosan-terobosan untuk masuk lebih masif di medsos. Untuk itu, perlu dibentuk tim yang memang menangani sosialisasi yang lebih human, lebih dekat kepada kehidupan generasi muda kita,” tutur Mahyudin.

Mahyudin mengatakan tantangan sosialisasi empat pilar kebangsaan yang meliputi Pancasila, UUD ‘45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, tidak saja menghadapi tantangan dari internal, tetapi juga eks­ternal. Arus globalisasi memudahkan masuknya paham-paham anti-Pancasila.

Ia mencontohkan paham yang dianut organisasi kemasyarakatan (ormas) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang akan dibubarkan pemerintah.

“Pengaruh globalisasi itu juga lebih cepat bergeraknya daripada kemampuan kita menyosialisasikan Pancasila itu sendiri,” ungkap Mahyudin.

Kesetiaan masyarakat terhadap Pancasila dan NKRI, menurut Mahyudin, tidak bisa dibilang rendah. Hanya memang butuh penguat­an, di antaranya melalui sosialisasi empat pilar.

Mahyudin mengakui sosialisasi empat pilar belum berdaya maksimal. Pasalnya, jumlah anggota MPR yang berjumlah 692 orang tidak bisa menjangkau keseluruhan lapisan masyarakat. Di situ terobosan dengan memakai saluran digital diperlukan. (Nur/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya