Bunga Simbol Melawan Politik Identitas

Akmal Fauzi
05/5/2017 08:20
Bunga Simbol Melawan Politik Identitas
(ANTARA/Widodo S. Jusuf)

MEMBANJIRNYA karangan bunga untuk Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat yang kemudian diperuntukkan pula buat jajaran Polri dan TNI bukanlah rekayasa, melainkan murni ekspresi dari kelompok yang betul-betul mencintai negeri ini.

Ahli psikologi politik Hamdi Muluk menilai karangan bunga tersebut merupakan ungkapan hati dari kelompok yang selama ini diam melihat situasi negara yang gaduh. "Jadi, ini ekspresi dari silent majority," ujarnya di Jakarta, kemarin (Kamis, 4/5).

Ribuan karangan bunga membanjiri Balai Kota DKI Jakarta sebagai tanda cinta dan simpati kepada Ahok-Djarot setelah calon petahana itu kalah dalam pilkada. Belakangan, karangan bunga dikirimkan ke Mabes Polri, Mabes TNI, serta beberapa polda seperti Polda Metro Jaya, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DIY.

Menurut Hamdi, silent majority sebagian besar merupakan kalangan menengah ke atas yang kurang suka berekspresi dengan turun ke jalan sehingga memilih menggunakan karangan bunga. Mereka sudah lelah dengan penggunaan politik identitas dalam berdemokrasi.

Penggunaan politik identitas dirasakan paling keras saat Pilkada DKI 2017. Hal itu, ujar Hamdi yang merupakan Guru Besar Fakultas Psikologi UI, menimbulkan kecemasan, tetapi mereka memilih diam. "Sekarang mayoritas yang selama ini diam melihat adanya politisasi agama dan suku makin cemas karena menguatnya kelompok radikal, kelompok identitas, yang turun ke jalan.

"Karangan bunga tampak memenuhi Mabes Polri. Hingga kemarin sore, sedikitnya sudah 1.100 karangan bunga yang dikirimkan berbagai kalangan seperti alumnus kampus, mahasiswa, ibu-ibu arisan, dan anonim.

Pengirim mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang telah menjaga NKRI dari rongrongan kelompok radikal. 'Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila tidak Boleh Kalah dengan Radikalisme'; 'Terima Kasih Pak Jokowi, Pak Tito, dan Pak Gatot telah Menjaga NKRI, Pancasila'; dan 'Pak Kapolri Tito yg Ganteng, NKRI Harga Mati, Bubarkan FPI dan HTI!!' ialah sebagian pesan dalam karangan bunga itu.

Penambah semangat
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan karangan bunga yang dikirimkan ke Polri sebagai bentuk semangat masyarakat melawan radikalisme. Polri pun mendapatkan energi tambahan. "Ini serasa mendapatkan dukungan, katakanlah seperti BBM (bahan bakar minyak) untuk menjaga NKRI. Ini wujud dari masyarakat yang cinta NKRI dan menolak intoleransi," tandasnya.

Pesan senada tertulis dalam karangan bunga yang dipajang di kompleks Polda Metro Jaya, Polda Jabar, Polda Jatim, Polda Sumsel, dan Polda DIY. "Kami juga mengapresiasi masyarakat mendukung tugas polisi dan TNI," ucap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono.

"Mungkin ini dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap antisipasi kita menangkal gerakan radikal dan intoleransi, mendukung agar NKRI tetap terjaga," kata Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan di Bandung.

Kapuspen TNI Mayjen Wuryanto juga mengapresiasi. "Hanya beberapa (karangan bunga) di Mabes TNI. Namun, dukungan masyarakat terhadap keberagaman kan hampir tiap hari kita lihat. Karangan bunga ini jadi lebih berkesan." (Tim/X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya