Buruh Bakar Karangan Bunga dan Tergerusnya Demokrasi

02/5/2017 01:15
Buruh Bakar Karangan Bunga dan Tergerusnya Demokrasi
()

AKSI pembakaran karangan bunga yang dilakukan para buruh ketika unjuk rasa memperingati May Day di kawasan Monas, Senin (1/5), merupakan tindakan tidak terpuji. Itu cerminan semakin tergerusnya nilai-nilai demokrasi.

Alasan para buruh bahwa karangan bunga yang diperuntukan untuk Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat telah mengotori kawasan ibu kota, tak bisa diterima.

"Pembakaran karangan bunga itu semestinya tidak perlu terjadi. Tapi karena sudah terjadi hal itu sebetulnya cerminan semakin tergerusnya nilai-nilai demokrasi dalam diri masyarakat," ucap pengamat politik Maksimus Ramses Lalongkoe Ramses, di Jakarta, Senin (1/5).

Ia menilai, karangan bunga untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidaya merupakan bagian dari eskpresi positif rakyat dalam berdemokrasi.

Tujuan May Day, lanjut Ramses, sesungguhnya untuk menyampaikan aspirasi buruh kepada pemerintah dan tidak ada hubungannya dengan karangan bunga tersebut.

"Bila karangan bunga itu dijadikan sasaran pelampiasan emosi, rasanya tidak tepat. Hal ini justeru mengaburkan tujuan aksi hari buruh yang sebenarnya," tegas Ramses.

Bangsa ini, lanjut Ramses, sangat menghargai setiap bentuk tuntutan rakyat yang diwujudkan dalam bentuk unjuk rasa. Namun aksi itu tentunya tidak lalu mencederai kebebasan demokrasi pihak lain.

"Karangan bunga yang diberikan rakyat itukan juga ekspresi demokrasi. Sehingga tidak bisa dianggap itu sebagai pengganggu apalagi dibilang mengotori wajah ibu kota", paparnya.

Untuk itu rakyat harus benar-benar memahami arti dan makna demokrasi lebih luas. Sehingga aksi-aksi serupa tidak lagi terjadi di kemudian hari. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya