Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
DIREKTUR Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Soedarmo mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) untuk mengantisipasi merebaknya penggunaan politik identitas di pilkada 2018.
“Nanti kita teruskan ke daerah terutama melalui Kominda untuk melakukan pendeteksian terhadap kegiatan-kegiatan (politik identitas) itu,” kata Soedarmo seusai acara Pembekalan Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri bagi Kepala Daerah di Kemendagri, kemarin.
Setelah diandalkan kelompok tertentu untuk mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat pada pilkada DKI, politik identitas diyakini akan kembali digunakan di pilkada tahun depan. Senjata yang mereduksi kualitas demokrasi tersebut bahkan sudah mulai diarahkan kepada Ridwan Kamil setelah Wali Kota Bandung itu resmi diusung Partai NasDem sebagai calon Gubernur Jawa Barat.
Soedarmo menyebut Kemendagri sudah melakukan persiapan untuk mencegah penggunaan kembali politik identitas. “Perlu kita koordinasikan supaya kondisi yang ada di DKI tidak terjadi di daerah. Kita peringatkan daerah lain untuk tidak melakukan hal-hal seperti di DKI.”
Mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum Hadar Nafis Gumay mengingatkan anggota KPU saat ini harus semakin mewaspadai beredarnya politik identitas. KPU perlu menerapkan pendidikan politik yang maksimal untuk meredam virus politik identitas. Pengawasan oleh Badan Pengawas Pemilu juga perlu ditingkatkan.
“Hukumannya harus ditegakkan betul, seperti penggunaan rumah ibadah untuk hal seperti itu harusnya kan tidak boleh,” tegas Hadar.
Edukasi politik
Koordinator Bantuan Hukum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Julius Ibrani menekankan dua hal agar politik identitas tak mewabah.
Pertama, meningkatkan edukasi politik kepada masyarakat karena saat ini pendidikan politik masyarakat masih sangat rendah.
“Penyelenggara (KPU) jangan cuma sosialisasi kapan nyoblos, apa syarat-syaratnya, tapi juga edukasi (masyarakat). Misalnya, syarat memilih pemimpin itu apa sih,” tutur Julius.
Kedua, sambung dia, pemerintah harus memberikan kesempatan bagi calon untuk bisa mengkritisi kebijakan pemerintah. Pasalnya, pemerintah pun memanfaatkan politik identitas agar kebijakan mereka tidak dikritisi.
Di sisi lain, peneliti LIPI Siti Zuhro menyatakan perlunya penciptaan prakondisi agar pilkada jauh lebih substantif dan berkualitas, yakni dengan membangun komitmen bersama oleh peserta pilkada dan partai politik. “Parpol juga harus bisa mengusung calon yang memiliki integritas dan tidak bermasalah secara etika dan hukum.”
Selain itu, pejabat dan semua pemangku kepentingan terkait serta masyarakat harus berpegang teguh pada empat konsensus dasar, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Keteladanan elite politik menjadi hal yang krusial pula. (Put/X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved