Perlu Tim Khusus Kasus Novel

Rudy Polycarpus
22/4/2017 07:29
Perlu Tim Khusus Kasus Novel
(ANTARA/APRILLIO AKBAR)

SETELAH 10 hari peristiwa penyiraman air keras ke wajah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, kepolisian tidak kunjung mengungkap siapa pelakunya.

Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Miko Susanto Ginting mengatakan Polri tidak bisa dijadikan satu-satunya harapan agar kasus tersebut tuntas.

Pasalnya, ia menilai selama ini kepolisian belum berhasil mengungkap peristiwa-peristiwa kekerasan dan teror terhadap sejumlah aktivis antikorupsi, termasuk kepada penyidik KPK.

Karena itu, dia mendorong komisioner KPK membentuk tim investigasi independen yang didukung Presiden Joko Widodo. Tim independen ini mencari fakta di lapangan lalu menyerahkan hasilnya kepada polisi untuk ditindaklanjuti.

"Presiden harus didorong membentuk tim investigasi independen untuk membuktikan ada komitmen serius membongkar siapa pun yang ingin melemahkan KPK," kata Miko dalam sebuah diskusi di Kantor ICW, Jakarta, kemarin.

Miko pun mendesak pimpinan KPK serius melindungi pegawainya dengan tidak berpangku tangan pada penyelidikan di kepolisian.

"Persoalannya kita bisa lihat bahwa sebenarnya sistem proteksi belum terbangun dengan baik. Padahal, KPK bekerja penuh risiko."

Koordinator Kontras, Yati Andriani, menuturkan hingga saat ini belum terlihat upaya pimpinan KPK agar kasus ini cepat diusut oleh kepolisian.

KPK terkesan menganggap kejadian yang dialami Novel ialah penyerangan individual, bukan kepada lembaga.

"KPK terlihat gamang dan tidak terbuka melakukan penyelidikan atas teror, penyerangan, dan kriminalisasi yang kuat dugaan berkaitan dengan kasus-kasus yang saat ini ditangani KPK," ujar Yati.

Juru bicara KPK Febri Diansyah mengaku pihaknya masih menunggu kinerja dari Polri melalui tim gabungan yang khusus dibentuk untuk menuntaskan kasus tersebut.

"Kami berharap investigasi dan olah TKP dari Polri menghasilkan sesuatu."

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan pihaknya masih menunggu keterangan dari Novel Baswedan dalam upaya menangkap pelaku teror kepada penyidik senior KPK tersebut.

Hingga saat ini, polisi telah meminta keterangan kepada 16 saksi.

Pelemahan

Kemarin, sejumlah pihak yang tergabung dalam Masyarakat Sipil Antikorupsi menemui pimpinan KPK.

Beberapa di antaranya ialah mantan Pansel Calon Pimpinan KPK, Natalia Soebagjo dan Betti Alisjahbana, serta Direktur Pusat Kajian Antikorupsi UGM Zainal Airifin Mochtar.

Mereka memberikan dukungan kepada KPK agar tangguh menghadapi upaya penghadangan dan pelemahan terhadap kerja-kerja pemberantasan korupsi.

"Agenda pemberantasan korupsi kembali diuji di saat KPK sedang bekerja keras untuk mengungkap korupsi besar," ungkap Zainal.

Menurutnya, teror dan tekanan politik yang menimpa KPK patut diduga merupakan bentuk pelemahan pemberantasan korupsi.

Tindakan itu merupakan ancaman nyata bagi kelangsungan perjuangan dan harapan bangsa terbebas dari segala bentuk tindak pidana korupsi.

"Teror terhadap para pegawai KPK yang semakin brutal serta tekanan politik mengindikasikan adanya ancaman serius terhadap agenda nasional pemberantasan korupsi dan prinsip konstitusi tentang negara hukum. Hadangan tersebut patut diduga bagian dari upaya pelemahan KPK," tandas Zainal. (Cah/Mad/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya