Ini Tiga Faktor Elektabilitas Basuki-Djarot Terus Menanjak

Intan Fauzi
15/4/2017 18:23
Ini Tiga Faktor Elektabilitas Basuki-Djarot Terus Menanjak
(MI/Galih Pradipta)

SURVEI Charta Politika menunjukkan elektabilitas pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat mencapai 47,3%. Ahok-Djarot unggul 2,5% dari lawannya Anies Rasyid Baswedan-Sandiaha Uno yang mendapat 44,8%.

Tren elektabilitas Ahok-Djarot terus menanjak. Masih survei Charta Politika, pada November 2016 lalu, tingkat elektabilitas Ahok-Djarot 31,1%, kemudian Januari 2017 meningkat jadi 34,7%, Februari 2017 41%, dan sampai April 2017 naik jadi 47,3%.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut ada tiga faktor yang mempengaruhi elektabilitas Ahok-Djarot sampai terus menanjak. Pertama, proses sidang kasus dugaan penodaan agama yang sudah memasuki pemanggilan saksi yang meringankan Ahok sebagai terdakwa.

Faktor ini mempengaruhi lantaran isu penodaan agama menjadi isu yang memperberat Ahok pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI putaran pertama. Sementara sampai pada putaran pertama, saksi yang dihadirkan memberatkan Ahok sehingga informasi yang didapat publik soal dugaan penodaan agama masih searah.

"Masuk putaran kedua kebetulan sidang membawa saksi yang meringankan. Paling mempengaruhi karena Ahok mendapat informasi lebih positif," jelas Yunarto.

Pengamat politik asal Universitas Tarumanegara itu mengatakan, faktor yang kedua yakni keunggulan Ahok-Djarot dalam setiap debat yang diselenggarakan baik secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta maupun oleh televisi swasta. Debat yang diselenggarakan program Mata Najwa dinilai paling berpengaruh.

Yunarto memaparkan, di dalam survei responden pun ditanya perihal debat yang diselenggarakan Metro TV itu. Hasilnya, 50,3% responden menonton dan 49,7% tidak. Kemudian sebanyak 58,5% menyatakan Ahok unggul dan 31,3% yang menyatakan Anies unggul.

"Ketiga, tak bisa dinafikan masuknya partai Islam dalam gerbong koalisi Ahok secara kuantitatif dan kualitatif mempengaruhi suara Ahok," ujar Yunarto.

Secara kualitatif, lanjut Yunarto, partai Islam memiliki pengaruhi besar karena dua partai itu, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) membawa simbol Nahdlatul Ulama (NU). Apalagi, baru-baru ini Pengurus Besar NU memberi simbol penerimaan pada Ahok-Djarot.

"Jadi itu wajah baru yang tidak didapat di putaran pertama yang kita tahu faktor agama dan penodaan agama memberatkan Ahok. Minimal isu nasionalis versus agama kemudian otomatis cair sendirinya," ungkap Yunarto.

Seperti diberitakan, Charta Politika melakukan survei pada 7-12 April 2017 melalui wawancara tatap muka pada 782 responden. Survei ini menggunakan metode acak bertingkat dengan margin of error kurang lebih 3,5% pada tingkat kepercayaan 95%. (MTVN/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya