Jangan Ada Intoleransi di Antara Kita

(Dede Susianti/X-6)
02/1/2016 00:00
Jangan Ada Intoleransi di Antara Kita
(MI/DEDE SUSIANTI)
DI bawah rindang pohon di Taman Ekspresi, Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, kemarin pagi, para tokoh lintas agama di Kota Hujan berkumpul. Hadir pula Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Wakil Wali Kota Usmar Hariman, Sekretaris Daerah Ade Syarief Hidayat, dan jajarannya. Wajah mereka pun tampak semringah.  Selain menyampaikan harapan, doa, dan ikrar, mereka juga melepas burung bersama. Mereka berikhtiar merawat keberagaman. Haji Sofyan Suri yang mewakili umat Islam menyampaikan harapannya agar Kota Bogor tetap menjadi kota yang sejuk.

"Sejuk dengan kerukunan intern umat beragama. Mari kita jaga agar tidak terjadi konflik sehingga tujuan pembangunan bisa tercapai," katanya. Setelah itu, Romo Endro Susanto, tokoh agama Katolik, menyampaikan kegundahannya. "Kita menghadapi krisis pemimpin. Semoga Pemerintah Kota Bogor tidak mengutamakan kepentingan sendiri. Harapan saya bahwa di tahun baru ini Kota Bogor bisa memfasilitasi kami untuk memperjuangkan keharmonisan, kedamaian, dan keberagaman, " ungkap Romo. Tokoh agama Hindu Wayan Swastika, sebelum menyampaikan sambutan dan harapannya, mengucapkan beberapa selamat.

"Selamat merayakan Maulid Nabi kepada umat muslim. Kepada yang Nasrani, selamat merayakan hari Natal. Kepada kita semua, selamat menyongsong tahun baru," tuturnya. Yohanes, tokoh agama Kristen Protestan, mengharapkan pemimpin untuk turun, tumbuh, dan berkembang bersama masyarakat. Tokoh agama Konghucu, Andry Harsono, mengatakan sesama umat manusia jangan ada penyekatan. "Di tahun baru ini, kita dukung apa yang dicetuskan pemerintah sehingga tidak ada lagi cap intoleransi," katanya. Selain menyampaikan harapannya, para tokoh lintas agama juga membacakan ikrar bersama.

Ada enam poin yang diucapkan. Terakhir, giliran Wali Kota Bima Arya angkat bicara. Dia mengatakan sebutan Kota Bogor sebagai kota intoleran akan menjadi catatan. "Kebersamaan ini tidak cukup diucapkan secara lisan, tetapi harus dilakukan dalam bentuk tindakan. Warga Bogor yang merasakan, warga Bogor yang bisa menilai. Warga Bogor juga yang harus memperjuangkan kebersamaan ini," jelas Bima. Sebelumnya, Kota Bogor dilanda kisruh kasus Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin. Akibat penyegelan gereja yang terletak di Taman Yasmin itu, jemaatnya berulang kali beribadah di depan Istana Negara.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya