Siswono Prihatin dengan Perkembangan Sosial Politik

RO-Micom
08/4/2017 15:15
Siswono Prihatin dengan Perkembangan Sosial Politik
(MI/ADAM DWI)

SEMINAR dan Lokakarya "Indonesia di Persimpangan: Negara Pancasila vs Negara Agama" digelar di Hotel Aryaduta, Sabtu, (8/4).

Seminar tersebut digelar oleh Indonesian Conference of Religion and Peace (ICRP) dan Institute for Interfaith Dialogue (Interfidei), Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), Maarif Institute, Komnas HAM, Jaringan Antar-Iman Indonesia (JAII), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) dan Yayasan Cahaya Guru (YCG).

Dalam sesi diskusi, Mantan Menteri Pekerjaan Umum Siswono Yudo Husodo menyatakan ada suasana prihatin terhadap perkembangan sosial politik di negara lain. Hal itu terjadi tidak hanya di Indonesia.

"Sebuah negara besar mengalami ujian-ujian yang tidak kecil dan saya optimistis kita bisa lewati ini," kata Siswono.

Di negara-negara mayoritas Islam, lanjut dia, ada persoalan dan kekhawatiran.

"Kaum ekstrimis awalnya kecil, kesalahan adalah kita diam. Dalam perdebatan kita selalu kalah karena kaum ekstrimis mampu melakukan yang tidak bisa dilakukan yang moderat. Kita tidak bisa membunuh, kita tidak bisa memfitnah. Potensi destruktif harus diredakan sedari ia masih kecil. Dan yang paling sah melakukan itu adalah kepolisian," ujarnya panjang lebar.

Setiap orang Islam dalam doanya selalu mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tapi berdasarkan survei, Indonesia ada di rangking 79 Negara paling bahagia. Saat ini negara yang paling bahagia itu Denmark dan Norwegia.

Di negara-negara tersebut, gereja kosong di Minggu tapi penjara juga kosong. Sementara dii Indonesia, masjid dan gereja penuh, tapi penjara juga tidak muat.

"Denmark itu tanamkan soal kejujuran. Ada kawan, Bupati dua periode, saat pensiun cuma bisa tinggal di perumahan BTN. Masyarakat katakan, dia bodoh! Itu menandakan sistem nilai yang kacau," tuturnya.

Di Jogja banyak orang bahagia dalam kemiskinannya, tetapi di Jakarta banyak yang gelisah di tengah kekayaannya. Sistem nilai harus ditumbuhkan sejak dini

Ada juga studi yang menyatakan 95,% orang Indonesia mengatakan agama sangat penting bagi kehidupan mereka. Peringkat ketiga dunia. Negara-negara yang mengatakan demikian ternyata tidam masuk 50 Negara paling bahagia. Yang berselingkuh bukan agama, tapi perilaku umatnya.

Di tanah air kita ada kelompok manusia yang dapat pendidikan S3 di negara hebat, tapi ada juga yang tidak mendapat pendidikan. Ada masyarakat kita yang hidup dalam cara post-modern, tapi ada juga yang tinggal di pohon, ada yang masuk peringkat terkaya di dunia, tapi ada juga yang bingung makan apa hari ini.

"Kesenjangan kita dalam berbagai aspek, dengan berbagai rekayasa yang dibungkus sentimen agama dan etnis, itu berbahaya. Harus kecilkan kesenjangan," tambah Siswono.

Jumlah orang ultrakaya Indonesia meningkat 67%. Makin banyak orang kaya itu bagus asalkan mereka memikirkan orang lain agar juga bisa kaya dan membantu orang lain.

Ada pandangan miskin itu dosa, Islam pun mendorong kemakmuran untuk menghindari kekhufuran. Kesenjangan ekonomi bisa menyuburkan radikalisme.

"Saya setuju dengan langkah-langkah pemerintah mengurangi kesenjangan, tapi ada baiknya juga mereka yang telah mampu membantu mempercepat kemakmuran yang di bawah," pungkasnya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya