Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SAAT ini Indonesia sudah menyita perhatian dunia lantaran tingginya penjualan domestik untuk sektor otomotif yang menembus angka 1 juta unit penjualan. Di sisi lain, angka penjualan ekspor otomotif masih berada di kisaran 200 ribu unit. Dengan hanya sekitar 1,2 juta unit penjualan tersebut dari kapasitas produksi mobil di Indonesia yang mencapai 2 juta unit, berarti masih ada sekitar 800 ribu unit kapasitas produksi yang belum dimaksimalkan. Kondisi berbeda dengan Thailand yang saat ini menjadi pusat produksi otomotif di kawasan ASEAN. Sepanjang 2015, Thailand mampu memproduksi mobil hampir 2 juta unit dari kapasitas produksi mobil sebesar 3 juta unit per tahun. Namun, dari sisi pasar ekspor mobil, Thailand lebih unggul karena berhasil menjual 1,2 juta unit. Adapun untuk penjualan domestiknya hanya berkisar 800 ribu unit.
Keberhasilan Thailand dalam memasok kendaraan ke negara-negara lain tersebut ketimbang Indonesia yang hanya 200 ribu unit disebabkan beberapa faktor. Ketua III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Rizwan Alamsjah menyampaikan faktor pertama, yakni Thailand hampir memiliki seluruh jenis mobil yang diproduksi di dalam negeri, salah satunya ialah sedan yang merupakan primadona pasar otomotif. Adapun Indonesia tidak memproduksi sedan di dalam negeri.
Kedua, tingkat standar emisi bahan bakar di Thailand jauh berada di atas Indonesia. Setidaknya, Thailand sudah memiliki tingkat emisi bahan bakar standar Euro4, sedangkan Indonesia masih berkutat pada Euro2. "Wacana meningkatkan standar emisi bahan bakar di Indonesia selalu terbentur pada pembahasan mana yang lebih dulu dipersiapkan. Apakah regulasi dulu atau kesiapan Pertamina sebagai produsen bahan bakar," kata Rizwan saat ditemui di Jakarta belum lama ini.
Faktor lainnya ialah kebijakan pajak serta kemudahan perizinan yang dianggap investor, yakni di Indonesia tidaklah seperti di Thailand. Permasalahan-permasalahan tersebut, diakui Rizwan, sebenarnya sudah sangat dipahami pelaku industri otomotif di Tanah Air. Untuk itu, pihaknya sedang mengagendakan kunjungan ke Kementerian Perindustrian guna menemui menteri perindustrian yang baru Airlangga Hartarto. "Kami segera berkunjung menemui Menperin yang baru untuk melanjutkan pembahasan yang sudah dilakukan guna mendorong pasar ekspor Indonesia sebagaimana diminta pemerintah," ujar Rizwan.
Pembahasan yang sudah dilakukan antara pemerintah dan Gaikindo sejauh ini ialah penyesuaian pajak sedan yang masuk kategori Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dari 30% ke 10% sebagaimana diterapkan bagi mobil jenis MPV. "Penurunan pajak sedan sangat diperlukan karena tren pasar mobil dunia masih sedan." Dia optimistis penurunan pajak sedan dan bea masuk sedan dapat mengisi kekosongan kapasitas produksi maksimal saat ini yang sebesar 800 ribu unit dari total produksi maksimal 2 juta unit. "Yang penting pasar sedan di dalam negeri harus tumbuh dulu sehingga investor tertarik berinvestasi dan membangun pabrik yang pada akhirnya ini bisa untuk ekspor," ujar dia. Menurut Rizwan, apabila masih mengandalkan MPV sebagai andalan ekspor, kapasitas ekspor mobil Indonesia bakal stagnan karena peminat MPV di pasar global tak sebesar sedan.
Standar emisi
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menambahkan upaya lain yang akan dilakukan ialah Gaikindo bakal terus mendorong pemerintah meningkatkan standar emisi ke Euro4. "Kalau kita sudah menerapkan Euro4, produksi dapat lebih efisien karena produksi di dalam negeri juga bisa untuk ekspor ke negara-negara lain yang kebanyakan sudah Euro4," kata Kukuh. Di sisi lain, Kukuh menambahkan, untuk mendorong penjualan sebaiknya mobil-mobil yang diproduksi di Tanah Air menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, bukan sebaliknya lebih banyak sesuai keinginan produsen. "Kita harus ingat di daerah ada petani dan nelayan butuh kendaraan yang relatif murah. Ini harus diterjemahkan. Saya pun bertemu pimpinan daerah yang meminta agar diproduksi mobil seharga di bawah Rp100 juta tapi bisa masuk pelosok mengangkut komoditas pertanian," jelas Kukuh.
Terakhir, Kukuh menegaskan pasar otomotif domestik di Indonesia masih bisa ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah pemasok komponen untuk kendaraan. Saat ini baru ada 500 pemasok di Indonesia, sedangkan di Thailand sudah ada 2.000 pemasok. "Sekarang mobil dibuat di sini tapi komponen dipasok dari Thailand. Jangan sampai mobil CKD (completely knocked down) yang dirakit di dalam negeri lebih mahal dari CBU (completely built up) yang diimpor utuh. Semakin banyak pemasok komponen, akan memengaruhi harga mobil menjadi lebih murah sehingga pasar jadi lebih bergairah," pungkasnya. (S-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved